Ekonom Prediksi BI Tahan Suku Bunga Acuan di 5,75 Persen

ilustrasi suku bunga
Sumber :
  • Adri Prastowo

VIVA Bisnis – Bank Indonesia (BI) hari ini Kamis, 20 Mei 2023 akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur BI (RDG BI) terkait kebijakan suku bunga acuannya. BI pada tiga bulan terakhir tercatat, telah mempertahankan suku bunganya di angka 5,75 persen.

Harga Emas Hari Ini 8 Mei 2024: Produk Antam Merosot, Global Bervariasi

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI), Teuku Riefky memperkirakan, BI akan mempertahankan suku bunga acuannya pada rapat di bulan ini. Hal itu mempertimbangkan beberapa indikator data perekonomian Indonesia.

"BI perlu mempertahankan suku bunga di 5,75 persen bulan ini sambil mempersiapkan kebijakan moneter yang akomodatif untuk meningkatkan ketahanan eksternal dan mendorong stabilitas harga domestik, di tengah potensi perlambatan ekonomi global tahun ini," kata Riefky dalam laporan yang diterima VIVA, Kamis, 25 Mei 2023.

Cadangan Devisa RI Maret Turun Jadi US$136,2 Miliar Buat Bayar Utang dan Stabilisasi Rupiah

Suku bunga bank

Photo :
  • Dokumentasi Rumahku.com

Riefky mengatakan, berdasarkan data terkini inflasi diperkirakan akan terus menurun dan kembali ke dalam target BI dalam waktu dekat. BI sendiri menargetkan inflasi ada di angka 3±1 persen.

Rupiah Melemah Tertekan Fed Tunda Pangkas Suku Bunga hingga Konflik Timteng Memanas

"Permintaan surat utang Indonesia juga masih menjanjikan, karena investor memperkirakan pengetatan moneter yang tidak terlalu agresif dari the Fed untuk sisa tahun ini. Dan selisih imbal hasil antara obligasi pemerintah Indonesia dan US Treasury tetap cukup menarik," jelasnya.

Selain itu, kata Riefky dampak gejolak sektor perbankan juga relatif tidak terlihat pada perekonomian domestik. Pun, kinerja rupiah tercatat lebih baik dari sebelumnya sepanjang era pandemi, dan cadangan devisa cukup untuk meredam potensi guncangan dalam jangka pendek.

"Meskipun permintaan domestik kuat, pelemahan ekonomi global mulai menimbulkan risiko terhadap neraca eksternal Indonesia. Seperti yang terlihat pada penurunan ekspor ke mitra dagang terbesar kedua, AS, dalam tiga bulan pertama tahun ini," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya