Apa Itu Deflasi? Pengertian, Penyebab, dan Dampaknya pada Ekonomi

Ilusrasi Deflasi
Sumber :
  • Pexels.com

VIVA – Dalam beberapa waktu terakhir, masyarakat Indonesia mungkin sering mendengar istilah deflasi, terutama ketika kondisi ekonomi sedang tidak stabil. Sayangnya, istilah ini sering kali disalahpahami atau dianggap sama dengan inflasi, padahal keduanya memiliki dampak yang berbeda bagi perekonomian.

Program Makan Bergizi Gratis Bisa Dorong Ekonomi Lokal?, Ini Caranya!

Ketika harga-harga barang di pasar turun drastis, orang mungkin menganggap itu sebagai hal positif. Namun, apakah kondisi tersebut selalu membawa kabar baik? Deflasi, meskipun sekilas terlihat menguntungkan karena harga turun, ternyata dapat membawa risiko besar terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Jika tidak ditangani dengan baik, deflasi bisa menyebabkan resesi, pengangguran, dan ketidakstabilan ekonomi.

Dalam artikel ini, kita akan mengupas tuntas apa itu deflasi, penyebabnya, serta dampaknya pada ekonomi Indonesia. Dengan memahami konsep deflasi secara lebih mendalam, kita dapat mengantisipasi dampak negatifnya dan mengetahui langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk menjaga kestabilan ekonomi.

Rupiah Dibuka Melemah Meski Keyakinan Konsumen Naik di November 2024

Apa Itu Deflasi?

Deflasi adalah kebalikan dari inflasi, yaitu kondisi di mana harga barang dan jasa secara umum mengalami penurunan dalam jangka waktu tertentu. Sederhananya, deflasi terjadi ketika daya beli uang meningkat, sehingga dengan jumlah uang yang sama, konsumen dapat membeli lebih banyak barang atau jasa dibanding sebelumnya. Meskipun pada awalnya terlihat menguntungkan, deflasi dapat menimbulkan masalah serius jika berlangsung dalam jangka panjang.

Bappenas Minta Pengusaha Bantu Program SDGs

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), deflasi merujuk pada penurunan tingkat harga secara umum yang berlangsung terus-menerus. Berbeda dengan inflasi yang menandakan naiknya harga-harga, deflasi mengindikasikan penurunan harga yang bisa menjadi tanda adanya perlambatan dalam aktivitas ekonomi.

Penyebab Deflasi

Deflasi bisa disebabkan oleh beberapa faktor utama, yang umumnya berkaitan dengan penurunan permintaan dan peningkatan penawaran barang dan jasa. Berikut ini adalah beberapa penyebab deflasi yang perlu diketahui:

  1. Penurunan Permintaan (Demand-Side Deflation)

Deflasi dapat terjadi ketika terjadi penurunan drastis dalam permintaan barang dan jasa di pasar. Misalnya, saat konsumen atau pelaku bisnis menunda pengeluaran mereka, menyebabkan terjadinya kelebihan stok barang di pasar. Penurunan permintaan ini sering kali dipicu oleh kondisi ekonomi yang tidak stabil, krisis keuangan, atau meningkatnya ketidakpastian di masyarakat.

  1. Peningkatan Penawaran (Supply-Side Deflation)

Peningkatan yang signifikan dalam produksi atau penawaran barang dan jasa tanpa diimbangi oleh peningkatan permintaan juga bisa memicu deflasi. Misalnya, jika industri mampu menghasilkan lebih banyak barang dengan biaya yang lebih rendah karena efisiensi teknologi, maka harga barang di pasar cenderung turun karena penawaran yang berlimpah.

  1. Kebijakan Moneter yang Ketat

Kebijakan moneter yang ketat, seperti pengetatan suku bunga yang tinggi atau pengurangan jumlah uang beredar, dapat menyebabkan deflasi. Ketika bank sentral membatasi jumlah uang beredar di masyarakat, likuiditas menurun, sehingga konsumsi dan investasi pun menurun. Hal ini mengakibatkan penurunan harga karena permintaan yang melemah.

  1. Penurunan Biaya Produksi

Jika biaya produksi seperti bahan baku, upah tenaga kerja, atau teknologi mengalami penurunan, harga barang yang dijual di pasar juga bisa ikut turun. Deflasi jenis ini seringkali terjadi ketika teknologi baru muncul, memungkinkan produsen untuk menekan biaya produksi.

  1. Dampak Deflasi pada Ekonomi

Meskipun deflasi terlihat menguntungkan bagi konsumen karena harga barang lebih murah, kenyataannya dampak deflasi bisa jauh lebih kompleks dan merugikan. Berikut beberapa dampak negatif deflasi terhadap perekonomian:

  1. Pengurangan Aktivitas Ekonomi

Deflasi bisa memicu penundaan konsumsi dan investasi. Ketika harga barang dan jasa terus menurun, konsumen dan perusahaan cenderung menunda pembelian atau investasi dengan harapan harga akan terus turun. Hal ini menyebabkan perlambatan aktivitas ekonomi yang bisa berujung pada resesi.

  1. Meningkatnya Pengangguran

Penurunan aktivitas ekonomi akibat deflasi dapat menyebabkan penurunan pendapatan perusahaan, yang pada akhirnya membuat perusahaan melakukan pengurangan tenaga kerja. Peningkatan pengangguran ini dapat memperburuk deflasi karena daya beli masyarakat semakin menurun, menciptakan siklus penurunan ekonomi yang sulit dipulihkan.

  1. Beban Utang yang Semakin Berat

Dalam kondisi deflasi, nilai uang meningkat, tetapi hal ini justru memperburuk kondisi bagi pihak yang memiliki utang. Beban utang mereka menjadi lebih berat karena mereka harus membayar kembali utang dengan uang yang nilainya lebih tinggi dibanding saat mereka meminjam. Hal ini dapat memperburuk situasi keuangan, baik bagi individu maupun perusahaan, dan meningkatkan risiko kebangkrutan.

  1. Risiko Resesi Berkepanjangan

Salah satu dampak terburuk deflasi adalah risiko terjebaknya ekonomi dalam lingkaran setan resesi. Ketika konsumsi dan investasi terus menurun, pertumbuhan ekonomi pun melemah, dan jika tidak ditangani, resesi yang berkepanjangan bisa terjadi. Sejarah mencatat bahwa Great Depression pada tahun 1930-an sebagian besar dipicu oleh deflasi yang tidak terkendali.

Bagaimana Mengatasi Deflasi?

Untuk mengatasi deflasi, pemerintah dan bank sentral biasanya melakukan berbagai langkah yang bertujuan untuk mendorong permintaan dan meningkatkan aktivitas ekonomi. Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi deflasi antara lain:

  • Kebijakan Moneter Ekspansif

Salah satu cara paling efektif untuk melawan deflasi adalah dengan menerapkan kebijakan moneter ekspansif. Bank sentral dapat menurunkan suku bunga untuk mendorong pinjaman dan investasi. Selain itu, bank sentral juga bisa meningkatkan jumlah uang beredar untuk meningkatkan likuiditas di pasar, sehingga konsumsi dan investasi bisa kembali meningkat.

  • Kebijakan Fiskal Stimulus

Pemerintah bisa melakukan kebijakan fiskal stimulus, seperti peningkatan belanja publik atau pengurangan pajak, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Peningkatan belanja publik bisa menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan daya beli masyarakat, sehingga permintaan barang dan jasa di pasar akan kembali naik.

  • Dukungan terhadap Sektor Swasta

Untuk mencegah penurunan investasi akibat deflasi, pemerintah bisa memberikan dukungan kepada sektor swasta melalui insentif pajak, subsidi, atau program-program bantuan lainnya. Langkah ini bertujuan untuk mendorong perusahaan agar tetap beroperasi dan berinvestasi, meskipun kondisi pasar sedang lesu.

  • Reformasi Struktural

Reformasi ekonomi yang menyasar peningkatan produktivitas dan efisiensi dalam berbagai sektor juga bisa membantu mengatasi deflasi. Dengan memperbaiki infrastruktur, meningkatkan pendidikan, serta mempermudah regulasi bisnis, perekonomian bisa lebih kompetitif dan pertumbuhan jangka panjang dapat terjaga.


Deflasi adalah fenomena ekonomi yang bisa memberikan dampak negatif signifikan jika tidak dikelola dengan baik. Meskipun penurunan harga barang dan jasa terlihat menguntungkan bagi konsumen dalam jangka pendek, dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi bisa merugikan dalam jangka panjang. Penurunan permintaan, meningkatnya pengangguran, dan beban utang yang bertambah adalah beberapa efek dari deflasi yang harus diwaspadai.

Pemerintah dan bank sentral memiliki peran penting dalam mengatasi deflasi melalui kebijakan moneter dan fiskal yang tepat. Oleh karena itu, memahami apa itu deflasi, penyebabnya, serta cara mengatasinya menjadi kunci penting untuk menjaga stabilitas ekonomi, terutama di negara berkembang seperti Indonesia.

Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi

Bagaimana Kebijakan Pro-Growth Menciptakan Peluang Baru? Menavigasi Pemulihan Ekonomi Pasca-Crisis

Kebijakan pro-growth dapat mempercepat pemulihan ekonomi pasca-crisis dengan menciptakan kondisi yang mendukung pertumbuhan dan memperkuat sektor ekonomi

img_title
VIVA.co.id
13 Desember 2024