Sumber :
- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews
- Sejak reformasi pada tahun 1997 sampai 1998, perekonomian Indonesia terus membaik hingga tahun ini. Tapi peningkatan perekonomian hanya membuat negara makmur, dan tidak membuat masyarakatnya sejahtera.
Ini bisa dilihat dari tingkat kesenjangan pendapat yang sangat tinggi antara yang kaya dan miskin.
Menurut Johannes Baptista Sumarlin, mantan Menteri Keuangan pada zaman orde baru, setelah 14 tahun melewati reformasi Indonesia sangat hebat bisa keluar dari krisis dan memiliki perekonomian yang baik.
"Walaupun pertumbuhan ekonomi tinggi, tapi tidak menghasilkan lapangan kerja yang banyak. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, contohnya adalah masalah kemiskinan. Saat ini di Indonesia ada 70 juta penduduk miskin," kata JP Sumarlin, saat ditemui di acara peluncuran bukunya "Cabe Rawit yang Lahir di Sawah" di Hotel Borobudur, 16 Februari 2013.
Ia menambahkan, seharusnya kebijakan ekonomi tidak bisa dilepaskan dari amanat UUD 45, yaitu demokrasi ekonomi. "Ekonomi tidak hanya pembangunan, tapi juga harus memperhatikan kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat," tambahnya.
Baca Juga :
Inovasi Juga Bisa Tercipta di Bengkel Spesialis
JP Sumarlin juga sangat menyayangkan kalau Pancasila sudah tidak menjadi pedoman dari perkembangan sosial, ekonomi, politik, dan ekonomi.
"Intinya kita melupakan jati diri sebagai bangsa dan juga melupakan budaya bangsa. Pembangunan di seluruh sektor harus berdasarkan budaya kita yang terekam pada Pancasila," kata JP Sumarlin. (adi)
Halaman Selanjutnya
JP Sumarlin juga sangat menyayangkan kalau Pancasila sudah tidak menjadi pedoman dari perkembangan sosial, ekonomi, politik, dan ekonomi.