Sumber :
- Daily Mail
VIVAnews
- Julie Deane, perempuan asal Inggris ini merupakan pendiri Cambridge Satchel Company, yang memulai bisnisnya dari dapur bersama ibu kandungnya yang mendampinginya saat itu dengan modal 600 euro atau sekitar Rp9 juta.
Tak ada yang menyangka, melalui internet sebagai alat pemasarannya, Deane sukses mengembangkan usahanya dan berhasil mengekspor tas buatannya ke 120 negara.
Dilansir di laman
Daily Mail
, Rabu 8 Januari 2014, baru-baru ini rombongan David Cameron berkunjung ke China untuk menghidupkan perdagangan dengan mengajak wakil-wakil perusahaan besar seperti Rolls-Royce, Standard Chartered, BP, dan Glaxo.
"Saya baru tahu tas buatan The Cambridge Satchel Company sangat dicintai di China. Saat mengunjungi toko, pelanggan di Inggris hanya membeli satu tas. Tetapi,
reseller
kami di Beijing dan Shanghai, pembeli China akan mengambil enam hingga delapan tas," ujarnya.
Wanita berusia 47 tahun itu merasa takjub dengan hal itu. Usahanya itu berhasil melalui internet dan tidak perlu bepergian ke luar negeri untuk memasarkan. Tas buatannya memiliki ciri khas dengan warna-warna terang dan terkesan berani.
Tas berwarna cerah buatan Deane, saat ini menjadi hits di seluruh dunia dan telah membuatnya menjadi salah satu eksportir paling sukses di Inggris dengan China sebagai penggemar terbesar.
"Tujuan kunjungan ke China adalah untuk membuat terobosan baru bagi pasar yang khusus itu. China merupakan pasar yang sangat sulit untuk ditembus," imbuhnya.
Dalam 12 bulan terakhir, Deane berhasil mendapatkan penghargaan Queen, yakni sebuah Award for Enterprise atas keberhasilan ekspornya, dan dinobatkan sebagai
Entrepreneur of the Year
oleh European Business Awards di Istambul pada Juni tahun lalu.
Deane juga terpilih menjadi duta untuk International Festival for Business yang akan diadakan di Liverpool tahun ini.
Semula, Deane membuat Cambridge Satchel untuk mendanai anaknya yang pindah sekolah. Karena di sekolah yang lama anaknya selalu diejek. Dia berjanji akan memindahkan anaknya ke sekolah yang bisa membuatnya bahagia.
Untuk menepati janjinya, Deane memikirkan ide agar mendapatkan biaya sekolah anaknya itu, dengan uang 600 euro. Ia kemudian memutuskan untuk membuat Cambridge Satchel.
"Saya duduk di kursi dapur dan memulai mencari informasi di Google, bagaimana menemukan produsen bahan baku tas, mendesain, dan memotong pola tasnya," ungkapnya.
Deane benar-benar memulai bisnisnya dari nol. Selain membuat website, Deane mempublikasikan bisnisnya pada situs-situs gratis sebanyak-banyaknya. Setelah beberapa lama berjualan di online, dia kemudian membuka 3 toko di London.
Keberhasilan cemerlang Deane adalah mampu memasarkan tas buatannya ke seluruh dunia melalui media online. Tanpa ragu, sedikit demi sedikit, Deane mengembangkan usahanya dan terus memperluas pemasarannya.
"Pencapaian luar biasa, saya mengekspor tas produksi saya ke 120 negara," imbuhnya.
Dia menjelaskan, kota-kota utama penjualannya yakni London, New York, dan Moskow.
"Ini mencerminkan bahwa kita harus melek digital. Karena, suatu hal yang di-
posting
online memiliki efek atau respons yang instan. Internet bisa menjadi alat navigasi bisnis Anda," paparnya.
"Kami terus memantau situs-situs palsu itu, kami tidak ingin pelanggan kami disesatkan," ungkapnya. (art)
Tumpukan Material Pohon Tumbang Penyebab Banjir di Sumbar, Menurut Pusat Studi Bencana Unand
Pusat Studi Bencana Universitas Andalas menduga penumpukan material pohon tumbang di bagian hulu sungai Batang Anai, Sumatra Barat, menjadi penyebab banjir bandang.
VIVA.co.id
17 Mei 2024