Sumber :
- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVAnews
- Perkembangan wilayah Malang sebagai pusat ekonomi dan tujuan wisata tidak hanya berdampak positif, tetapi juga negatif. Salah satunya, seperti temuan Bank Indonesia.
Penyebaran uang palsu di wilayah kantor Bank Indonesia Malang pada tahun 2014 meningkat 21,09 persen dibanding tahun sebelumnya.
Pada 2013 BI Malang berhasil mengumpulkan uang palsu sebanyak 5.539 lembar, sedangkan pada 2014 terkumpul sebanyak 6.707 lembar uang palsu.
Kepala Unit Operasional Kas BI Malang, Prihatin Sudi Utomo mengungkapkan, meningkatnya peredaran uang palsu di wilayah Malang disebabkan Malang merupakan salah satu tujuan wisata serta pusat ekonomi.
"Peredaran uang palsu di daerah lain menurun, tetapi di Malang justru meningkat. Itu karena Malang merupakan salah satu tempat tujuan wisata di Jawa Timur," kata Prihatin, Selasa 13 Januari 2015.
Dia menuturkan, uang palsu yang banyak beredar adalah pecahan Rp100 ribu dengan jumlah 5.190 lembar atau 77,8 persen dari total keseluruhan uang palsu yang beredar.
Kemudian disusul pecahan Rp50 ribu sebanyak 1.451 lembar atau 21,63 persen, pecahan Rp20 ribu sebanyak 30 lembar, pecahan Rp10 ribu sebanyak 18 lembar, pecahan Rp5 ribu sebanyak 17 lembar, dan pecahan Rp2 ribu sebanyak satu lembar.
"Uang palsu mayoritas nominal Rp100 ribu karena lebih menguntungkan, dibandingkan nominal lainnya," katanya.
Dia menuturkan, uang palsu yang masuk ke BI Malang didapatkan dari sejumlah perbankan. Kemudian BI melakukan telaah untuk membuktikan apakah uang yang bersangkutan adalah uang palsu.
Baca Juga :
Aksi Sindikat Uang Palsu di Bali, Ajak Main Judi
Baca Juga :
Polisi Tangkap Dukun Pengganda Uang di Malang
Dia menambahkan, guna mengantisipasi beredarnya uang palsu tersebut, BI Malang yang membawahi wilayah Malang Raya, Pasuruan, dan Probolinggo ini melakukan sejumlah langkah.
Dia menyebutkan, di antaranya melalui sosialisasi pada masyarakat. Sebab, pencegahan paling efektif adalah pengenalan uang palsu dari pengguna uang tersebut, yaitu masyarakat.
"Masyarakat harus bisa membedakan antara uang asli dan uang palsu dari ciri-cirinya," paparnya.
Halaman Selanjutnya
Dia menyebutkan, di antaranya melalui sosialisasi pada masyarakat. Sebab, pencegahan paling efektif adalah pengenalan uang palsu dari pengguna uang tersebut, yaitu masyarakat.