Liga 1 Dilanjutkan Dengan Sistem Bubble, Semakin Sudutkan Posisi Aremania

Aksi Aremania untuk Tragedi Kanjuruhan
Sumber :
  • viva / Lucky Aditya

VIVA BolaCobaan terus dialami oleh Aremania. Tragedi Kanjuruhan belum juga diusut tuntas. Kini Liga 1 bergulir dengan sistem bubble dan tanpa dihadiri oleh suporter lain. Hal ini tentu saja semakin menyudutkan posisi Aremania yang dianggap sebagai biang kekacauan gelaran Liga 1 musim ini.

Hasil Liga 1: Tampil Ngotot dari Awal, PSIS Semarang Gilas Persikabo 1973

Aremania Blimbingham, yakni Shindu Dwi menuturkan bahwa sistem bubble membuat seolah-olah Aremania paling bersalah atas Tragedi Kanjuruhan. Padahal sebanyak 135 orang meninggal dunia dalam tragedi itu. 600 lebih Aremania terluka akibat kepanikan usai tembakan gas air mata diberondongkan ke arah tribun. 

"Sistem bubble ini jadi nyalahin Aremania. Merugikan suporter lain, menyudutkan kita. Kan kita Aremania sudah pernah klarifikasi kita bersalah juga (turun ke lapangan)," kata Shindu, Selasa, 6 Desember 2022.

Drama 4 Gol Lawan Madura United, Dewa United Jaga Asa Tembus Championship Series

Aremania bahkan memutuskan untuk memboikot Liga 1 dan Arema FC. Mereka menegaskan sudah tidak peduli dengan Arema FC. Dia menyebut keputusan manajemen yang lebih memilih fokus kompetisi ketimbang usut tuntas melukai ratusan korban Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu, 1 Oktober 2022 lalu. 

"Boikot, tidak peduli lagi saya, mau pertandingan apa saja, Arema FC main pun tidak peduli. Sama sekali tidak menarik lagi. Ini menyakiti hati korban. Manajemen juga bungkam selama ini. Apa tujuan mereka," ujar Shindu.

Hasil Liga 1: Bhayangkara FC Pesta Gol, Duel Dewa United vs Madura United Dihentikan

Tuntut Keadilan

Aksi Aremania untuk Tragedi Kanjuruhan

Photo :
  • viva / Lucky Aditya

Salah satu Aremania lainnya dari wilayah Muharto yakni Muhammad Jamaluddin menuturkan seharusnya Liga 1 tidak digelar dulu sampai persoalan selesai. Mereka memandang perjuangan menuntut keadilan bagi para korban belum berhasil. Kasusnya masih suram dan dianggap masih jalan ditempat. 

"Kami dipercaya oleh keluarga korban untuk memperjuangkan usut tuntas ini. Jadi kami tidak akan mendukung Liga ini berjalan. Di Malang sampai hari ini Aremania terus bekerja keras mencari keadilan. Kami terus mengurus usut tuntas yang sampai saat ini belum selesai, apalagi persidangan juga belum," tutur pria yang akrab disapa Udin itu. 

Sebagai informasi puluhan ribu Aremania di Malang Raya masih kecewa dengan penanganan Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu, 1 Oktober 2022 lalu. 

Hasil pantauan di lapangan. Selama turun ke jalan Aremania tidak percaya dan kecewa dengan polisi, PSSI, hingga Arema FC. Kepada polisi Aremania kecewa karena pengusutan Tragedi Kanjuruhan hanya menggunakan pasal kelalaian yakni pasal 359 dan 360 KUHP. 

Sementara mereka memandang bahwa penembakan gas air mata dilakukan secara terstruktur dan dikomandoi. Sehingga mereka menuntut ada tersangka baru dengan tambahan pasal pembunuhan 338 KUHP dan 340 KUHP tentang pembunuhan berencana. 

Untuk PSSI mereka menuntut adanya revolusi sistem perbaikan sepak bola tanah air. Sedangkan pada tim Arema FC suporter meminta manajemen ikut serta dalam barisan usut tuntas terutama dalam pemberian bantuan hukum bagi korban Tragedi Kanjuruhan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya