Pilot Lion: Mogok Terbang Demi Penumpang

Mantan pilot Lion Air
Sumber :
  • Agus Rahmat / VIVa.co.id

VIVA.co.id - Sebanyak 14 pilot Lion Air yang dipecat manajemen terkait delay berjam-jam pada 10 Mei 2016 lalu, melakukan perlawanan. Delay yang terjadi, diakui para pilot karena mereka tidak bisa terbang akibat gangguan psikis yang bisa membahayakan penumpang.

Kondisi Jenazah Korban Pesawat Jatuh di BSD, RS Polri: Tidak Utuh, tapi Tak Terbakar

"Yang dilakukan oleh para pilot pada 10 Mei 2016 lalu adalah keputusan untuk menunda terbang demi keselamatan penerbangan karena terganggunya kondisi emosi dan psikis pilot akibat diabaikannya hak-hak pilot sebagai pekerja oleh manajemen perusahaan," ujar Ketua Serikat Pekerja - Asosiasi Pilot Lion Group (SP - APLG) Eki Adriansyah, dalam keterangan pers di kantor LBH Jakarta, Minggu, 7 Agustus 2016.

Menurut dia, tindakan ini sudah sesuai konvensi ICAO Annex 6 yang diadopsi Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Indonesia (CASR 121) dan sudah diadopsi Lion Air dalam Operasional Manual yang dibuat.

Adhi Commuter Properti Bukukan Laba bersih Rp 116,2 Miliar di 2023

Di tempat yang sama, salah satu pilot Mario Hasiholan yang sudah 10 tahun di maskapai itu menjelaskan, kalau mereka memaksakan terbang pada 10 Mei itu, maka bisa berakibat fatal untuk diri mereka dan penumpang.

"Misalnya Anda kalau naik taksi tapi sopirnya marah-marah apakah mau turun. Kalau di bawah masih bisa turun tapi kalau di atas nggak bisa turun," ujarnya.

Pesawat Jatuh di BSD dari Indonesia Flying Club, Menurut Kemenhub

Hanya menurutnya, itu tidak dipahami oleh manajemen. Malah membuat keputusan dengan memecat 14 pilot itu dan melaporkan ke pihak Bareskrim Mabes Polri.

Kemarahan para pilot itu, karena uang transportasi yang harusnya diberikan justru tidak diberikan. Sementara kerja mereka, bahkan tetap dan bertambah.

"Kalau dia marah atau stres dia wajib tidak terbang. Ini dalam rangka keselamatan penerbangan," ujarnya menambahkan.

Mario menegaskan, mengenai delay sebenarnya kerugian bukan saja dialami oleh penumpang. Tapi juga kru-kru di dalamnya seperti pilot dan pramugari.

"Kalau seiring delay pilot dan pramugari juga capek. Dampaknya jam kerja bertambah dan jam istrahat kami kurang," katanya.

Ditambah lagi dengan tidak dibayarkannya uang transportasi, membuat para pilot emosional dan kondisi itu mengganggu penerbangan. "Mengganggu jelas secara psikis."

(mus)

Presiden Iran Ebrahim Raisi saat menumpang Helikopter Mi-171

Punya Helikopter Sangar Buatan Rusia, Mengapa Presiden Iran 'Dibiarkan' Naik Heli Tua AS?

Insiden kecelakaan helikopter yang menewaskan Presiden Iran Ebrahim Raisi menimbulkan tanda tanya, mengapa penerbangan Kepresidenan menggunakan helikopter tua dan usang?

img_title
VIVA.co.id
21 Mei 2024