AsianWeek Migrasi ke Media Online

VIVAnews - Ingin mengikuti jejak InfoWorld, suratkabar AsianWeek yang sudah beredar selama 30 tahun di daratan Asia dan Amerika berencana untuk menutup edisi cetaknya dan hijrah ke edisi online.

Presiden AsianWeek James Fang dan pihak penerbit Ted Fang mengumumkan rencana tersebut melalui surat ke para pembaca dalam suratkabar edisi Jumat lalu, sekaligus menjadi edisi terakhir media cetaknya.

Menurut Fang, penduduk Asia Pasifik dan Amerika kini tengah berevolusi ke arah digital. Mereka cenderung untuk menikmati berita dan informasi berbasis elektronik. "Di saat-saat terakhir, AsianWeek memiliki sekitar 60.000 pembaca," kata dia seperti dikutip VIVAnews dari AFP, Senin, 5 Januari 2009.

Dia mengatakan, seiring revolusi itu AsianWeek akan memberhentikan pemasaran suratkabar reguler segera. "Kini, kami mulai bermigrasi menjadi media online. Namun, kami tetap memasarkan suratkabar edisi spesial," jelas Fang,

Sejauh ini, Asianweek, yang berkantor di San Francisco, merupakan suratkabar terbaru Amerika Serikat yang berbasis online. Sebelumnya, suratkabar Christian Science Monitor yang beredar sejak 100 tahun lalu juga mengumumkan hal yang sama.

Indonesia Hadapi Pertahanan Kokoh Uzbekistan di Piala Asia U-23

Pengumuman yang disampaikan pada Oktober lalu berisikan bahwa mulai April 2009, pihaknya akan berhenti memasarkan suratkabar edisi cetak secara total dan meneruskan publikasi beritanya via Internet.

Langkah Christian Science Monitor tersebut sekaligus mengukuhkannya sebagai harian nasional Amerika Serikat pertama yang sepenuhnya terjun ke media online.

Ilustrasi kakek dan cucu

When Does Someone Become Old? Scientists Reveals the Fact

A recent study found that we tend to perceive old age as starting later than before, although this trend may not be consistent.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024