Data adalah Harta Karun, Jangan Hanya Disimpan

Ilustrasi Big Data.
Sumber :
  • www.pixabay.com/xresch

VIVA – Kebutuhan data scientist saat ini semakin tinggi. Terlebih hampir semua industri memiliki data dan sangat membutuhkan orang dengan keahlian ini di dalamnya.

Geger Temuan Harta Karun yang Terbuat dari Meteor, Begini Penampakannya

"Industri apa saja (membutuhkan) analisa data. Mereka yang punya data tapi hanya teronggok tersimpan, tidak diolah, maka tidak jadi nilai. Tak berguna," kata Wakil Rektor Universitas Multimedia Nusantara, Andrey Andoko, di Jakarta, Jumat malam, 13 Juli 2018.

Ia mengungkapkan bahwa saat ini ada anggapan kalau data itu 'is the new oil'. Data menjadi harta karun yang akan menjadi informasi penting setelah diolah.

Viral Pria Gali Lubang 40 Meter Gegara Mimpi Ada Emas, Hal Tragis Ini Malah Terjadi

Data scientist, menurut Andrey, menjadi sangat penting karena jadi penghasil informasi penting bagi keputusan strategis suatu perusahaan.

Ia menyatakan bahwa sayangnya masih jarang institusi pendidikan yang menghasilkan tenaga data scientist ini. Gap atau jarak antara kebutuhan dengan ketersediaan sumber daya menjadi tidak seimbang.

Harta Karun Nabi Sulaiman Ada di Israel

Salah satu yang dilakukan UMN saat ini adalah membuka program belajar Big Data bernama DQ Lab. Ini merupakan hasil inisiasi tech.incubator milik UMN bernama Skystar Venture dengan perusahaan pelatihan soal data, Putera Handal Indotama (PHI) Integration.

"DQ Lab itu media pembelajaran untuk menjadi seorang data scientist ataupun profesi lain yang berhubungan dengan data scientist, misalnya data engineer atau data base developer," tutur Managing Director PHI Integration, Feris Thia, kepada VIVA, di tempat yang sama.

Pembelajaran ini dilakukan secara online lewat situs dqlab.id dan sudah berjalan dua bulan terakhir. Peminatnya sampai sekarang mencapai 300 orang yang terdiri atas mahasiswa, dosen, hingga profesional kerja.

Di sana para siswa akan diajarkan bagaimana mengolah data secara langsung. Selain itu, DQ Lab membuat contoh studi kasus pengolahan data sama seperti yang terjadi di dunia nyata.

"Di kami itu 20 persen teori tentang data, dan 80 persen praktik. Jadi, bisa coding di dalamnya. Akan mempelajari kasus bisnis, algoritma, model data sendiri," ujar Feris.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya