Tinggalkan Roket, ke Luar Angkasa Bisa Pakai Lift?

Artistik konsep lift ruang angkasa
Sumber :
  • Flyngsinger

VIVA – Sejak manusia mulai menempatkan satelit ke orbit pada tahun 1950-an, para ilmuwan mengandalkan roket sebagai kendaraan untuk keluar dari gravitasi Bumi dan masuk ke ruang angkasa.

Benarkah Ada Plastik yang Bisa 'Bunuh Diri'

Namun roket memiliki kelemahan besar, yaitu biaya peluncuran yang sangat mahal. Contoh kasus: NASA Space Launch System, yang dijadwalkan untuk penerbangan perdananya pada Desember 2019, akan menelan biaya sekitar $1 miliar per peluncuran setara dengan Rp.14,6 triliun. Biaya tersebut berdasarkan laporan Kantor Inspektur Jenderal NASA (OIG) pada tahun 2017.

Contoh lainnya, biaya peluncuran Falcon Heavy dari Kennedy Space Center pada Februari 2018 lalu, berkisar antara $90 juta dan $150 juta.

Menjelang Serangan Darat Israel, 100 Ribu Warga Gaza di Rafah Dievakuasi

Dari permasalahan itu, ilmuwan terus memikirkan metode yang dapat menerbangkan manusia menuju luar angkasa tanpa mengandalkan roket. Dirangkum dari laman Howstuffworks, ada ide dari ilmuwan yang akan membangun elevator untuk mengantarkan manusia menuju angkasa luar.

Ide itu diterbitkan dalam sebuah artikel yang dimuat NASA pada tahun 2000, menjelaskan bagaimana sebuah menara pangkalan tinggi di dekat khatulistiwa Bumi akan dilekatkan dengan kabel ke satelit di orbit Bumi geosynchronous, 22.236 mil (35.786 kilometer) di atas permukaan laut.

Hizbullah Bombardir Pangkalan Militer Israel di Golan, Puluhan Roket Diluncurkan

Empat hingga enam jalur lift akan memperpanjang menara dan struktur kabel. 'Kendaraan' bertenaga elektromagnetik akan disematkan sebagai tabung yang mengangkut penumpang. Untuk lebih mudahnya, Anda bisa membayangkan kereta api yang melaju di rel vertikal.

Nantinya, dengan kendaraan ini, pergi ke ruang orbital bisa dicapai hanya dalam waktu lima jam, sambil menyaksikan pemandangan alam semesta yang menakjubkan.

Konsep ini berasal dari tahun 1895, ketika ilmuwan Rusia Konstantin Tsiolkovsky menyarankan untuk membangun "kastil surgawi" yang akan dilekatkan pada struktur mirip Menara Eiffel di Paris. Seorang peneliti NASA juga menulis makalah pada 2005 tentang teknologi apa yang perlu dikembangkan untuk membangunnya.

Sejak saat itu, pengurus lift ruang angkasa ini terus menggembar-gemborkan konsepnya, dan mereka telah membentuk sebuah organisasi, Konsorsium Ruang Angkasa Internasional, yang menyelenggarakan konferensi dan menerbitkan laporan teknis.

Pada tahun 2016, peneliti China juga menerbitkan makalah yang menjelaskan tentang temuan mereka, yaitu karbon nanotube, elemen yang digunakan tabung lift ruang angkasa itu, masih rentan mengalami kecacatan. Dalam perjalanan menembus atmosfir, bisa saja kekuatannya terus menurun secara signifikan.

Hingga kini, harapan terwujudnya lift ruang angkasa itu belum menemukan titik terang. Namun, ilmuwan terus berusaha mengembangkannya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya