Saat Revolusi Digital 4.0 Sentuh Industi Minyak dan Gas di Indonesia

Ilustrasi kilang minyak.
Sumber :
  • CNBC

VIVA – Tren industri 4.0 mengusung semangat efisiensi dan peningkatan produktivitas. Semangat ini sudah masuk dalam industri minyak dan gas yang selama ini dikenal sebagai industri yang menyedot biaya operasional yang besar. 

Rektor IPDN Mendorong Kesiapan Hadapi Revolusi Industri

Namun kini dengan tren industri 4.0, semangat produktivitas dan efisiensi bisa dicapai dengan menggunakan solusi perangkat lunak dari AspenTech. 

Sebagai bukti, solusi perangkat lunak AspenTech telah membuat beberapa perusahaan minyak mengalami efisiensi. Salah satunya yakni Kilang Minyak Irving yang beroperasi di Kanada, dengan menggunakan perangkat lunak tersebut bisa menaikkan laba bersih hingga US$10 juta per tahunnya. 

'Smart Mining' di Industri Pertambangan

“Produksinya meningkat sekitar 73 ribu barel per hari. Rata-rata Pengilangan Minyak Irving
dapat memproduksi hingga 300 ribu barel minyak per hari," ujar Direktur
Pemasaran Industri AspenTech, Ron Beck dalam keterangannya, Senin 24 Desember 2018.

Selain itu, AspenTech juga membuat perusahaan minyak raksasa Italia, Saras S.p.A mengalami efisiensi sekaligus peningkatan pendapatan.

Dunia Terus Berubah, Inovasi Tak Bisa Ditawar-tawar

Saras S.p.A mengalami peningkatan pendapatan hingga 3 persen dalam setahun. Biaya operasional perusahaan yang dimiliki oleh keluarga Moratti lebih rendah sebesar 5 persen.

Dengan momentum pemerintah Indonesia yang sedang menggalakkan tren Industri 4.0, AspenTech masuk ke Indonesia melihat potensi untuk menyokong revolusi digital perusahaan. Beck menuturkan, beberapa perusahaan di Indonesia yang menggunakan solusi industry 4.0 mereka yakni PT Pertamina, PT Rekayasa Industri, PT Tripatra Engineering, PT Candra Asri Petrokimia. 

“Melihat fakta bahwa denyut nadi industri terus bergerak menuju digitalisasi. Penggunaan teknologi digital adalah syarat mutlak bagi setiap perusahaan untuk bertahan dan unggul," katanya.

AspenTech yang punya cabang di China, Singapura, Korea, Jepang, Meksiko, Amerika Utara dan Eropa ini hampir 40 persen pengguna layanan berasal dari bisnis minyak bumi dan nafta. 29 persen ditempati oleh perusahaan rekayasa dan konstruksi. 26 persen diisi oleh industri kimia. Sementara industri pertambangan hanya sebesar 5 persen seiring dengan industri kemasan, pembangkit listrik, farmasi dan kertas.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya