Blokir IndoXXI Ibarat Mati Satu Tumbuh Seribu

IndoXXI pamit.
Sumber :
  • VIVA/Novina

VIVA – Usai sudah perjalanan situs streaming video IndoXXI di awal 2020. Tepat 1 Januari, situs ilegal itu tidak beroperasi lagi. Kabar tersebut menjadi angin segar bagi layanan over the top (OTT) seperti Hooq.

DPR Tolak Iuran Pariwisata Dibebankan ke Industri Penerbangan, Tiket Pesawat Bisa Makin Mahal

Menurut Country Head Hooq Indonesia Guntur Siboro, pembajakan merugikan industri kreatif dari sisi prinsip. "Saya melihatnya lebih merugikan secara prinsip. Kalau uang susah hitungnya. Konten itu ada dua model, didanai pelanggan atau iklan," kata dia di Jakarta.

Pemblokiran situs IndoXXI di mata Guntur sudah tepat. Hooq yang juga tergabung dengan Video Coalition of Indonesia yang berperan dalam perang melawan situs konten bajakan.

Bantah Selingkuh, Rizky Nazar Tantang Netizen Buktikan Video Ciuman dengan Salshabilla Adriani

"Jadi, artinya kita beli barang rela, tapi beli konten yang dibuat orang dengan susah payah, gak mau, gak wajarlah," ujarnya.

Menurut Guntur, pemblokiran situs IndoXXI bukan mengarah ke keuntungan sejumlah pihak. Namun, lebih ke arah dukungan terhadap industri konten di Tanah Air. “Ini bukan konteks itu (keuntungan), dalam konteks ingin mendukung industri konten di Indonesia," tutur dia.

Pengakuan TikToker Galih Loss Soal Video Diduga Menistakan Agama: Saya Menyesali Semua

Susah hilang

Meski begitu, Guntur juga mengaku bahwa layanan seperti IndoXXI sulit untuk diblokir. Akan ada blokir satu tapi akan tumbuh lebih banyak lain. Ibaratnya, mati satu tumbuh seribu. Pemerintah juga harus tetap bekerja untuk memblokir para pelaku bajakan itu.

"Karena orang pindah IP bisa. Itu hanya mempersulit. Enggak akan pernah hilang tapi dibuat susah. Susah bagi pelanggan yang mau, susah penyedia juga. Mati satu tumbuh seribu," katanya. Bukan itu saja. Kesadaran industri harus juga didukung. Salah satunya dengan penetapan harga (pricing) di masing-masing layanan streaming video.

"Kesadaran inilah yang harus didukung. Generasi yang belum bekerja nyarinya kan gratisan tapi kalau kerja bagi Anda, pricing itu penting. Masak mau korbanin industri dengan Rp100 ribu per bulan, bahkan di Hooq saja Rp3.500 per hari masa enggak bisa dorong industri," ungkap Guntur.

Sementara itu, salah satu operator telekomunikasi Indosat Ooredoo mengaku belum ada rencana membuat layanan video on demand sendiri. Vice President and Head of Digital Lifestyle Indosat Ooredoo, Rasyefki Sultani, mengaku lebih baik bekerja sama dengan penyedia layanan yang sudah ada.

Bukan akuisisi pelanggan

"Lebih baik kita kerja sama yang sudah menyediakan yang sudah memang ahli di situ. Kami kan perusahaan telko enggak ahli untuk melihat film," tuturnya. Menurut dia kerja sama dengan layanan streaming video yang sudah ada membuat lebih efektif dan efisien. Selain itu pengguna tidak perlu menginstall aplikasi baru.

Indosat Ooredoo diketahui baru bekerja sama dengan layanan streaming video Hooq. Para pengguna bisa menikmati masa berlangganan yang lebih lama untuk harian, mingguan, dan bulanan. Pelanggan bisa menikmati promo Buy 1 Get 3 dengan potong pulsa pada Hooq. Masa langganan berlaku untuk satu hari, tujuh hari, dan 30 hari.

Pelanggan yang berlangganan bisa mendapatkan tambahan masa berlanggan selama dua hari, 14 hari dan 60 hari. Bukan hanya pelanggan lama, tapi pelanggan baru Indosat juga akan mendapatkan bonus 7 hari dari Hooq. Rasyefki mengaku jika kerja sama ini bukan untuk mengakuisisi pelanggan baru. Namun untuk mengikat pengguna lama lebih loyal.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya