Jika Berhasil Bikin Konten Ini, YouTuber RI Harus Diacungi Jempol

YouTube.
Sumber :
  • Instagram.com/@defender833

VIVA – Jika berhasil membuat konten bertema edukasi, maka seorang YouTuber Indonesia harus diacungi jempol. Sebab, membuat konten edukasi bukanlah hal yang mudah. Namun, begitu konten edukasi berhasil dibuat maka apresiasi datang dari berbagai pihak, seperti pemerintah dan Google.

PNM Excellence Award Bukti Nyata Apresiasi PNM Untuk Karyawan dan Unit Kerja Terbaik

Hal tersebut diungkapkan Kepala Eksekutif Kok Bisa, Gerald Sebastian. Ia pun bercerita ketika pertama kali membuat konten edukasi pada 2015, di mana saat itu mayoritas orang belum mengerti soal konten ini.

Menurutnya, ketika orang melihat konten edukasi adalah di dalamnya ada kelas lagi kegiatan belajar-mengajar. Di sisi lain, Gerald melihat belum ada konten yang menggabungkan pendidikan dan hiburan saat itu.

Bangunan Sekolah di Kolaka Roboh Ditimpa Tanah Longsor, 2 Ruang Kelas Porak-Poranda

"Inilah mengapa kami namakan startup Kok Bisa. Karena, kalau kita lagi bingung terus nanya, 'loh, kok bisa ya?' kan gitu. Nah, kita bikin nama segampang itu yang catchy supaya orang-orang gampang ingat," kata Gerald, Press Briefing Peluncuran inisiatif Akademi Kreator, Selasa, 5 Mei 2020.

Selain itu, ia juga memperkenalkan inisiatif yang disebut Akademi Edukreator, yang mana inisiatif ini berasal dari kanal Kok Bisa dan didukung YouTube Learning, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Yayasan Semua Murid Semua Guru, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Ternyata Vidi Aldiano Suka Berburu Free Ongkir dan Selalu Menang War Produk

Kegiatan ini, lanjut Gerald, dilakukan untuk menginspirasi dan melatih para pembuat konten (content creator), serta guru dan profesional di Indonesia.

Mereka diharapkan bisa membuat konten video edukasi berkualitas tinggi secara gratis dengan memberikan mereka pengetahuan dan praktik di platform YouTube.

Gerald lalu menceritakan latar belakang inisiatif ini karena merasa konten edukasi bisa hadir lebih banyak lagi di Indonesia. Kebutuhan akan konten positif juga sangat banyak, terutama saat pandemi Virus Corona COVID-19 sedang menghantam Indonesia.

"Kami juga ingin mendorong agar gerakan ini tidak berhenti tapi bisa dipromosikan dan diapresiasi lebih lanjut. Setelah bikin konten edukasi, kami langsung dapat apresiasi dan juga didukung penuh sama tim dari Kemendikbud, LIPI, maupun platform YouTube milik Google," ungkap Gerald.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya