Indonesia Bisa Bebas Emisi Karbon di 2050

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Energi listrik sudah menjadi salah satu kebutuhan utama masyarakat Indonesia, baik yang tinggal di perkotaan maupun pelosok.

6 Tips Membuat Hidup Lebih Tenang, Pikiran Lebih Relaks

Selain untuk menerangi rumah dan menghidupkan berbagai peranti elektronik, listrik kini juga sudah mulai dipakai sebagai pengganti mesin konvensional sebagai sumber penggerak kendaraan.

Menurut laporan Lappeenranta University of Technology, Indonesia bisa menggunakan 100 persen energi terbarukan di sektor kelistrikan, industri, dan transportasi.

Peringati Hari Kartini, Peran Perempuan dalam Industri 4.0 Jadi Sorotan di Hannover Messe 2024

Energi terbarukan diperlukan, demi menurunkan emisi karbon yang menjadi masalah di seluruh dunia. Laporan terbaru Institute for Essential Services Reform menunjukkan, bahwa secara teknologi dan ekonomi sektor energi Indonesia mampu mencapai nol emisi karbon di 2050.

“Dekarbonisasi sistem energi Indonesia dapat membawa dampak signifikan bagi kawasan, dan menginspirasi negara lain untuk mempercepat transisi energi,” ujar Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa melalui keterangan resmi, dikutip Kamis 27 Mei 2021.

Pertamina Patra Niaga Beberkan Upaya Pemerataan Energi Indonesia di Hannover Messe 2024

Untuk mulai menurunkan emisi gas rumah kaca, Indonesia perlu memasang sekitar 140 Giga Watt energi terbarukan pada 2030, di mana sekitar 80 persennya merupakan pembangkit listrik tenaga surya.

Selain itu, penjualan mobil listrik dan sepeda motor perlu ditingkatkan masing-masing menjadi 2,9 juta dan 94,5 juta pada 2030. Bahan bakar sintetik, hidrogen dan pemanas listrik akan lebih berperan dalam dekarbonisasi sektor transportasi dan industri.

Model IESR menunjukkan, bahwa pada 2050 kapasitas transmisi listrik sebesar 158 GW diperlukan untuk menghubungkan nusantara dari barat sampai timur.

Untuk mewujudkan itu, Indonesia membutuhkan investasi sebesar US$20-25 miliar per tahun mulai tahun ini hingga 2030, dan akan meningkat menjadi US$60 miliar per tahun antara 2030 hingga 2040.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya