- BMKG
VIVA – Para ilmuwan telah berhasil menanam tanaman di Bulan. Namun, semua tanaman tumbuh lambat dan relatif buruk. Analisis genetik menunjukkan pertumbuhan yang buruk dipicu oleh rasa stres.
Hal ini mungkin akan menjadi perhatian Badan Penerbangan dan Antariksa atau NASA yang lagi bersiap-siap untuk mengirim astronot kembali ke Bulan melalui Program Artemis untuk bisa menanam makanan di tanah luar Bumi selama misi panjang.
"Studi ini akan membantu kita tentang bagaimana menanam makanan sendiri (di Bulan) dan bagaimana pula kita akan tinggal di sana untuk sementara waktu tanpa persediaan (makanan)," kata ilmuwan Robert Ferl.
Ia juga mencatat bahwa menanam tanaman di satelit alami Bumi itu dapat memiliki kegunaan potensial lainnya, termasuk memurnikan udara hingga menghilangkan karbondioksida yang dihembuskan manusia, serta menghasilkan air bersih.
Kali ini, para ilmuwan menggunakan sampel tanah Bulan yang disebut regolith yang diambil selama misi Apollo 11, 12, dan 17 pada periode 1969 hingga 1972, seperti dikutip dari situs Space, Sabtu, 14 Mei 2022.
Dalam ketiga sampel tersebut mereka menumbuhkan spesimen tanaman kecil di laboratorium umum yang disebut Selada thale (Arabidopsis thaliana).
Sebagai perbandingan, para ilmuwan juga menumbuhkan Selada thale pada jenis tanah yang terbuat dari abu vulkanik yang ditemukan di Bumi, yang disebut JSC-1A, oleh NASA yang dimaksudkan untuk mensimulasikan tanah Bulan yang berbentuk tepung dan penuh dengan pecahan kaca abrasif.
"Fragmen-fragmen itu sebenarnya cukup tajam dan bersudut. Tanah di Bulan juga mengandung potongan besi metalik dan pecahan kaca yang menjebak kantong gas yang tidak sepenuhnya direplikasi oleh abu vulkanik," ungkap Ferl.
Ferl bersama para ilmuwan lainnya terbukti mampu menumbuhkan Arabidopsis di ketiga sampel. Tanaman yang bernasib paling buruk ada di misi Apollo 11 yang merupakan tanah yang paling terpapar permukaan Bulan.
Tanaman yang tumbuh lebih baik ada di misi Apollo 12 dan sampel pada misi Apollo 17 yang paling tidak matang.
Benarkah Ada Plastik yang Bisa 'Bunuh Diri'
Para ilmuwan telah mengembangkan “plastik yang dapat mencerna sendiri”, yang menurut mereka dapat membantu mengurangi polusi.
