Perang Luar Angkasa China Vs Amerika Makin Panas

Amerika Serikat (AS) vs China di luar angkasa.
Sumber :
  • SpaceNews

VIVA –  NASA dan pemerintah China tengah bersitegang karena administrator NASA, Bill Nelson mengklaim pemerintah China telah membuat klaim sepihak yang mengatakan, China telah berhasil menguasai Bulan.

Motor Listrik Ini Dapat Peningkatan Performa, Hadir Perdana di PEVS 2024

"Kita harus sangat waspada, di saat China mendaratkan pesawatnya di bulan dan mengatakan, 'ini milik kami sekarang dan menjauhlah kamu!'". ujar Bill Nelson, Administrator NASA.

Dengan tanggap pemerintah China menanggapi pernyataan ini. Melalui Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, mengatakan, "Ini bukan pertama kalinya NASA mengeluarkan kebohongan dari mulutnya untuk menodai China" ujar Zhao, seperti dikutip dari situs Hindustantimes, Senin, 11 Juli 2022.

Lab Sentul Beli Bahan Baku Sinte dari China, Transaksinya Pakai Kripto

Pertengkaran antara administrator NASA dengan pemerintah China ini dimulai semenjak kedua negara sama-sama aktif dalam menjalankan misinya ke Bulan.

China belakangan memang tengah gencar berinvestasi besar-besaran pada bidang luar angkasa. Saat ini, pembangunan stasiun luar angkasa Tiangong miliknya hampir selesai dibangun.

Pemerintah Bakal Tambah Saham Freeport Jadi 61 Persen, Bahlil Buka-bukaan Pertimbangannya

Pada 2021, Cina juga memimpin peluncuran orbital mencapai 55 peluncuran dibandingkan dengan Amerika Serikat (AS) sebanyak 51.

Selain itu, perusahaan ruang angkasa milik China, StarNet juga tengah berencana untuk membangun megakonstelasi 12.992 satelit. Dikutip dari situs Sciencealert.

Pada 2019, China juga menjadi negara pertama yang mendaratkan pesawat luar angkasanya di sisi terjauh Bulan. Selain itu, pada tahun yang sama juga, China dan Rusia mengumumkan rencana bersama untuk mencapai bagian kutub selatan bulan pada 2026.

Selain itu, China juga memiliki intensi untuk membangun stasiun penelitian bulan yang permanen pada 2027.

Tidak ketinggalan, Amerika Serikat (AS) bersama 20 negara lainnya yang tergabung dalam program Artemis Accords berencana untuk mendaratkan manusia ke bulan pada 2025 dan juga mendirikan stasiun penelitian pada permukaan Bulan dan mendukung stasiun luar angkasa di orbit yang disebut Gateaway yang dijadwalkan akan meluncur pada November 2024.

Meskipun begitu, secara hukum tidak ada satu pun negara di dunia yang dapat menguasai bulan. Mengacu pada hukum luar angkasa internasional, tepatnya Traktat luar angkasa yang diadopsi pada 1967 dan ditandatangi oleh 134 negara termasuk China.

Secara eksplisit mengatakan, luar angkasa termasuk bulan tidaklah dapat diklaim sebagai kedaulatan negara manapun dan traktat ini melalui pasal 1 hanya mengizinkan negara- negara di dunia untuk mengeksplorasi luar angkasa dan bukan untuk memilikinya.

Selain daripada alasan hukum, permukaan bulan yang sangat luas yakni, mencapai 39 juta kilometer persegi atau setara dengan lima kali luas Benua Australia membuat penguasaan terhadap bulan menjadi seakan-akan mustahil.

Tetapi, masih memungkinkan bagi Cina ataupun negara lainnya untuk mengamankan kontrol terhadap bagian strategis tertentu di Bulan. Misalnya, pada bagian kawah yang memiliki kandungan air es yang tinggi.

Hal ini mengingat, es di Bulan sangatlah penting karena mampu memberikan persediaan air yang cukup kepada manusia. Selain itu, es ini juga dapat menjadi sumber vital oksigen dan hidrogen yang dapat berguna sebagai bahan bakar roket.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya