Tinggal di Kota Pintar Arab Saudi Cukup Bayar Pakai Data Pribadi

Kota pintar The Line di Arab Saudi.
Sumber :
  • NEOM Tech & Digital Holding Co

VIVA Tekno – Di barat laut Arab Saudi, ribuan pekerja sedang membangun kota futuristik, yang menurut kerajaan, tidak akan ada bandingannya.

Arab Saudi Kemungkinan Ikut Ajang Miss Universe, Kandidat Lagi Diseleksi Ketat

Di gurun pasir tersebut akan muncul pusat perkotaan berteknologi tinggi yang disebut The Line atau nol karbon dengan drone terbang untuk taksi, hologram untuk guru, bahkan Bulan buatan manusia.

Kota pintar ini berada di dalam NEOM, zona bisnis senilai US$500 miliar atau Rp7.426 triliun yang bertujuan untuk mendiversifikasi ekonomi pengekspor minyak utama dunia, merupakan gagasan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS).

Aturan Baru, Arab Saudi Izinkan Semua Jenis Visa Bisa Ibadah Umrah

NEOM sebagian dibiayai oleh dana kekayaan negara dan akan selesai pada 2025, mengutip dari situs The Star, Minggu, 28 Agustus 2022.

Sementara NEOM akan menampilkan zona manufaktur dan pariwisata, The Line, akan menumpuk rumah dan kantor secara vertikal dan menambang data pribadi sembilan juta penghuninya, di mana memberi mereka lebih banyak suara atas data pribadinya dan mereka akan dibayar untuk itu.

Rafael Struick Absen Bela Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U-23

“Tanpa kepercayaan, tidak ada data. Tanpa data, tidak ada nilai,” kata Kepala Eksekutif NEOM Tech & Digital Co, Joseph Bradley, yang akan mengawasi platform manajemen persetujuan.

Proyek Arab Saudi The Mirror Line.

Photo :
  • Getty Images

Menurutnya, teknologi ini memungkinkan pengguna untuk meninjau dan dengan mudah memahami maksud di balik penggunaan data pribadi mereka sambil menawarkan imbalan finansial untuk otorisasi penggunaan data mereka.

The Line dirancang dengan kecerdasan buatan (AI) sebagai intinya, di mana data pribadinya digunakan untuk mengelola listrik, air, limbah, transportasi, perawatan kesehatan dan keamanan seperti banyak kota pintar.

Data pribadi juga akan dikumpulkan dari smartphone penduduk, rumah, kamera pengenal wajah, dan sejumlah sensor lainnya.

Keseluruhan data pribadi, menurut Bradley, akan memberi informasi kembali ke kota dan membantunya memprediksi kebutuhan pengguna.

Tetapi catatan hak asasi manusia (HAM) yang buruk di negara itu bukan pertanda baik untuk penggunaan data pribadi yang bertanggung jawab atau perlindungan privasi individu, kata pakar hak digital.

"Ini pada dasarnya adalah kota pengawasan," imbuh Vincent Mosco, seorang peneliti dampak sosial teknologi. Sementara itu Kementerian Komunikasi dan Teknologi Informasi Saudi tidak menanggapi permintaan komentar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya