Ilmuwan Indonesia Bicara Sampah Antariksa yang Jatuh di Indonesia

Peneliti Astronomi Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN Thomas Djamaluddin.
Sumber :
  • Instagram @prantariksa_brin

VIVA Tekno – Peneliti Astronomi Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN Thomas Djamaluddin bicara mengenai fenomena sampah antariksa. Menurutnya saat ini ada belasan ribu yang berada di orbit dengan ukuran sekepalan tangan.

Skincare Berbahan Dasar Tanaman Khas Indonesia Dikembangkan Melalui Kerja Sama Ini

"Sampah antarika dipengaruhi atau dikendalikan oleh gravitasi Bumi. Tapi ada juga yang selamanya mengorbit Bumi karena efek hambatan udara," ujarnya dalam siaran langsung Instagram 'Dialog, Obrolan, Fakta Ilmiah dalam Sains Antariksa', Senin, 29 Agustus 2022.

Sampah antariksa adalah bekas atau pecahan roket yang bertabrakan atau karena sebab lainnya. Bisa juga dari satelit yang tidak beroperasi.

Prabowo Ingin Bentuk 'Executive Heavy" dengan Rangkul Semua Parpol, Kata Peneliti BRIN

Potensi bahaya dari sampah antariksa terbagi menjadi 2, ada di orbit dan permukaan Bumi. Di atas sana objek berpotensi tabrakan dengan satelit aktif meski kasusnya belum pernah terjadi.

Namun, kondisi saat ini yang begitu padat, membuat potensi tumbukan dapat mungkin terjadi.

Geger! Peneliti BRIN Temukan Tanda-tanda Kehidupan Harimau Jawa di Sukabumi

Ribuan satelit menguasai orbit Bumi.

Photo :
  • Science News

"Kedua, potensi bahaya ketika jatuh ke permukaan Bumi. Memang ukurannya bermacam-macam bahkan bisa berton-ton walaupun kemudian pecah saat memasuki atmosfer. Tapi ada juga yang cukup besar," imbuh Thomas.

Beberapa bahkan jatuh di Indonesia, seperti pada 1988, di mana benda itu merupakan tabung bahan bakar roket milik Rusia dengan diameter 1,5 meter.

Kemudian, pada 2004, merupakan lempengan bahan roket yang jatuh di Bengkulu. Lalu pada tahun 2016 sekitar lima hingga enam jatuh di perairan Madura milik SpaceX.

Pada 2017, ada dua keping yang jatuh di Sumatra Barat, bekas tabung bahan bakar ukuran 50 cm dan lempengan ukuran dua meter. Lalu yang baru-baru ini terjadi, di mana roket China jatuh di Kalimantan.

Proyeksi arah jatuhnya roket China Long March 5B.

Photo :
  • Tangkapan layar n2yo

"Potensi bahaya dilihat dari diameternya. Kemudian potensi jatuhnya sangat luas, kemungkinan jatuh di laut, hutan atau gurun yang jauh dari permukiman. Jadi potensi membahayakannya sangat kecil sekali, walaupun kalau dilihat objeknya yang jatuh itu besar," kata Thomas.

Meski saat ini tidak ada lagi roket yang menggunakan bahan bakar nuklir, kita perlu waspada terhadap sisa-sisa residu dari bahan bakar beracun.

Tapi, biasanya ketika masuk atmosfer kemudian pecah dan terbakar, sisa-sisa bahan roket beracun umumnya sudah habis terbakar.

Jadi, objek yang jatuh ke Bumi umumnya tidak berbahaya dan tidak mengandung radiasi. Namun jika masyarakat menemukan objek jatuh, diimbau untuk tidak disentuh karena perlu diidentifikasi terlebih dahulu kemudian akan dievaluasi apakah objek mengandung bahan berbahaya atau tidak.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya