Cukup Sudah Termakan Isu Hoax di Media Sosial

Hoax.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

VIVA Tekno – HootSuit dan We Are Social melaporkan terdapat 204,7 juta pengguna internet yang setara dengan 73,7 persen dari populasi penduduk Indonesia pada 2022. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan internet begitu masif.

Transformasi digital tidak bisa dihindari. Era digitalisasi menghadirkan tantangan budaya digital, seperti mengaburnya wawasan kebangsaan, menipisnya kesopanan, menghilangnya budaya Indonesia, karena media digital menjadi panggung budaya asing, hingga kebebasan berekspresi yang kebablasan.

Meskipun Indonesia termasuk empat besar negara pengguna internet terbesar di dunia, survei Badan Pusat Statistik (BPS) 2018 mengungkapkan bahwa keahlian berinternet masyarakat Indonesia memiliki skor paling rendah.

Pesatnya perkembangan digital di Indonesia perlu diimbangi dengan kapasitas literasi digital mumpuni, serta pemahaman kepada masyarakat sebagai pengguna media sosial untuk lebih produktif.

Hal ini menjadi perhatian Pendiri Konten Digital Pesantren (Kodipest) Loretta Thamrin yang sukses meluncurkan aplikasi digital video pesantren.

Menurutnya, tidak mudah untuk mewujudkan gagasan besar membangun Kodipest sebagai ekosistem aplikasi digital video pesantren satu-satunya di Indonesia.

Apalagi dalam upayanya mengonsolidasikan kapital alias modal dengan sumber daya manusia (SDM) untuk turut andil membesarkan aplikasinya.

Media sosial.

Photo :
  • VideoHive

"Saya ingat sekali masa-masa penuh peluh dan perjuangan membangun aplikasi ini sedari awal," kata dia, Sabtu, 17 September 2022. Kini, aplikasi digital video pesantren itu sudah bisa diunduh di Google Playstore serta iOS.

Ke depannya, ia berharap keberadaan Kodipest dapat mengurangi informasi hoax yang kini begitu masif disebarkan di berbagai platform, terutama media sosial, yang tujuannya untuk memecah belah bangsa dan agama.

Menurut Silverman (2015), hoax adalah sebagai rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, namun dijual sebagai kebenaran.

Tidak sedikit masyarakat yang terkecoh dengan sebuah informasi yang penuh kebohongan hanya karena dikemas dengan sangat menarik dan menggoda.

"Kami juga ingin menjadi wadah dakwah kekinian melalui media digital seperti aplikasi digital video pesantren yang baru saja diluncurkan tanpa mengesampingkan prinsip pesantren sebagai pembentukan moral bangsa serta mencetak pemuda berkarakter dari segi agama maupun ilmu pengetahuan secara berkelanjutan," tegas Loretta.

Sepanjang 2021, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat telah menemukan dan melakukan pemutusan akses terhadap 565.449 konten negatif. Mereka juga mengklaim telah melakukan debunking atau penerbitan klarifikasi terhadap 1.773 misinformasi dan disinformasi yang beredar di masyarakat.

Dengan meningkatnya jumlah masyarakat yang melek internet, informasi dapat diakses lebih mudah dan cepat. Namun, masyarakat juga harus hati-hati karena jumlah hoax atau berita bohong yang tersebar semakin banyak.

Kemenkominfo Gelar Talkshow “Rekam Jejak Digital di Ranah Pendidikan”

Sementara itu, Dewan Pengarah Kodipest Maman Imanulhaq mengungkapkan bahwa pembuatan aplikasi digital video pesantren yang diisi oleh dakwah ahlul sunnah ini sebenarnya sudah lama dicetuskan.

Menyelami Dampak Negatif FOMO pada Pengguna Media Sosial

Cikal bakal pembentukan Kodipest adalah saat dirinya menerima amanah dari Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid untuk membuat dokumentasi fatwa dan canda saat Presiden ke-4 itu masih hidup. Amanah itulah yang mendorongnya untuk membangun platform digital untuk media dakwah para santri.

"Saat ini media sosial masih banyak diisi oleh hoax yang memecah belah bangsa. Kodipest hadir sebagai mata air menjernihkan keruhnya ruang media sosial yang diisi, tidak hanya oleh hoax, tapi juga fitnah," paparnya.

Waspada Penipuan Kerja Paruh Waktu yang Marak di Shopee

Bukan itu saja. Kodipest merupakan implementasi dari ide dan gagasan tentang pentingnya digitalisasi dakwah yang dapat menjangkau banyak kalangan. Ide pembuatannya pun adalah pemikiran cemerlang yang mampu direalisasikan oleh Maman Imanulhaq dan Loretta Thamrin.

Sejumlah tokoh hadir dalam syukuran peluncuran aplikasi digital video pesantren, seperti Wakil Ketua DPD Sultan Baktiar Najamudin, Pendiri Rumah Perubahan Rhenald Kasali, Ketua Umum Perhimpunan INTI Teddy Sugianto, Ketua Umum Indonesia Diaspora Network China Yenni Thamrin, Ketua Umum Idepreneurs Wibi Setiyofen, dan pengusaha sawit Rudy Abraham.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya