Surga Ganja di Tetangga Indonesia

Tanaman ganja.
Sumber :
  • UN News - the United Nations

VIVA Tekno – Akan ke mana arah industri ganja Thailand? Pertanyaan ini muncul meskipun ada banyak pembicaraan di kalangan partai politik Thailand tentang mengkriminalisasi kembali ganja. Atau, mencoba membatasinya hanya untuk keperluan medis, alih-alih rekreasi – yang menurut para pengusaha ganja hampir tidak mungkin dibedakan.

Media Asing Sebut Timnas Indonesia Bakal Merajai ASEAN

Sepertinya, kecil kemungkinan mengkriminalisasi ganja setelah gila-gilaan selama sembilan bulan terakhir, atau sejak ganja resmi dilegalkan di negeri Gajah Putih pada Juni 2022. Toko-toko ganja di Bangkok, ibu kota Thailand, mengatakan sebagian besar pelanggan mereka adalah turis asing, bukan orang Thailand.

Tom Kruesopon misalnya. Pengusaha yang dikenal sebagai 'Mr. Weed' karena perannya dalam melonggarkan hukum narkoba, telah membuka cabang toko ganja AS Cookies di Bangkok, dan menjelaskan berbagai jenis ganja yang ditanam secara lokal, masing-masing dalam toples yang diterangi dengan lampu.

5 Negara Asia Tenggara Diajak Thailand Terapkan Skema ala Visa Schengen

Pakaian dalam, sandal, dan kaos bertema ganja dipajang di rak. Kruesopon meyakinkan mereka (turis asing) bahwa mereka tidak bisa lagi ditangkap karena membeli dan mengonsumsi bagian mana pun dari tanaman ganja di Thailand, meskipun ia tidak mengizinkan orang merokok di tokonya.

"Saya yakin bisnis ini akan terus berkembang. Akan ada beberapa perusahaan bernilai miliaran dolar AS di sini. Saya jamin dengan syarat, tentunya, regulasi yang lebih baik amatlah penting. Kalau tidak, Anda akan membunuh 'angsa emas'," kata Tom Kruesopon, seperti dikutip dari situs BBC, Rabu, 10 Mei 2023.

MTsN 1 Pati Kirim Tiga Siswa ke Thailand untuk Olimpiade Matematika Internasional

Tanaman ganja.

Photo :
  • DW

Situs Weed di Thailand mencantumkan lebih dari 4.000 bisnis di seluruh negeri yang menjual produk ganja dan turunannya. Tapi sayang, sudah ada aturan penegakannya serampangan, atau bahkan tidak ditegakkan sama sekali.

Tidak semua apotek mengantongi lisensi, yang seharusnya mereka miliki, dan mereka seharusnya mencatat asal semua bunga ganja yang mereka jual serta merekam data pribadi setiap pelanggan.

Seharusnya tidak ada produk selain bunga ganja yang belum diproses yang mengandung lebih dari 0,2 persen THC, zat kimia psikotropika dalam kanabis. Produk-produk tersebut juga semestinya tidak bisa dijual secara online.

Akan tetapi, Anda dapat menemukan pedagang yang menawarkan brownies dan permen ganja dengan kandungan THC tinggi di dunia maya, dikirim ke rumah Anda dalam satu jam.

Seharusnya ganja tidak boleh dijual kepada siapa pun yang berusia di bawah 20 tahun, tapi siapa yang tahu bila produk itu bisa dikirim hanya dengan kurir ojek? Ada pula restoran-restoran yang menyajikan hidangan mengandung ganja, seperti teh ganja, atau es krim ganja. Minimarket bahkan menjual air minum yang mengandung ganja.

Meski begitu, ini bukan jenis pembebasan yang diimpikan aktivis macam Kitty Chopaka – pendiri Chopaka, sebuah perusahaan konsultan industri ganja – dan telah menjadi bagian dari komite parlemen yang berusaha mengesahkan peraturan baru mengenai legalisasi ganja.

"Ini berantakan, tapi ini Thailand. Tanpa liberalisasi mendadak seperti ini saya pikir itu tidak akan terjadi sama sekali. Kami butuh regulasi. Menjabarkan apa yang bisa dan tidak bisa Anda lakukan. Ini menyebabkan banyak kebingungan. Banyak orang tidak tahu apa yang bisa mereka lakukan. Di mana mereka bisa berinvestasi," ungkap Kitty Chopaka.

Ganja didekriminalisasi sebelum ada regulasi untuk mengontrol bisnis-bisnis yang baru muncul. Dan proses pembuatan undang-undang baru terhambat oleh perseteruan antar partai. Masa depan industri baru yang bebas di tetangga Indonsia ini masih belum pasti.

Tanaman ganja di atas apartemen.

Photo :
  • Mirror

Sebagai informasi, hingga akhir 1970-an, ganja dibudidayakan secara luas oleh suku-suku perbukitan di Thailand utara, di wilayah perbatasan yang dikenal sebagai Segitiga Emas.

Wilayah itu pula yang pernah menjadi pemasok sebagian besar opium dunia. Ganja juga sering digunakan sebagai rempah dan bumbu masakan di timur laut Thailand.

Ketika tentara AS tiba di Thailand pada 1960-an untuk beristirahat dari peperangan di Vietnam, mereka menemukan tongkat Thai, dibuat dari kuncup ganja kering yang dibungkus dengan daun dan dililit ke batang bambu, seperti cerutu.

Mereka pun mulai mengirimkan ganja Thailand ke kampung halaman dalam kuantitas besar. Bersama dengan heroin dari Segitiga Emas, ganja mencakup sebagian besar narkotika yang mengalir ke Amerika Serikat.

Setelah Perang Vietnam mereda, AS menekan Thailand untuk mengerem produksi narkotika. Pada 1979, Thailand mengesahkan Undang-Undang Narkotika, mengamanatkan hukuman pidana yang berat bagi orang yang menggunakan dan menjual narkotika, termasuk hukuman mati.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya