Sebanyak 230 perwakilan dari pemerintahan, agen keamanan, kalangan industri, dan warga sipil berpartisipasi dalam simulasi cyberwar yang digelar oleh Departement of Homeland Security (DHS) atau departemen keamanan dalam negeri Amerika Serikat. Hasilnya menunjukkan bahwa AS tidak siap menghadapi serangan besar-besaran terhadap jaringan komputer penting di negeri tersebut.
Dari simulasi yang berlangsung selama 2 hari tersebut, tampak ada kelemahan dari sisi kepemimpinan, perancanaan, komunikasi, dan berbagai isu lainnya dalam mengatasi cyber attack.
“Saat ini belum ada perencanaan yang baik,” kata Mark Gerencser, Senior Vice President dari Booz Allen Hamilton Consulting Service pada Reuters, Jumat 19 Desember 2008. “Belum ada pemimpin yang benar-benar memegang kendali,” kata Gerencser usai simulasi yang disponsori perusahaannya.
“Posisi kita jauh di belakang di mana seharusnya kita berada saat ini,” kata James Langevin, perwakilan partai Demokrat dari Rhode Island, Amerika Serikat, yang mengetuai sub komite cybersecurity di departemen keamanan dalam negeri. “Padahal konsekuensi dari kegagalan mengatasi serangan seperti ini misalnya adalah gangguan terhadap sistem perbankan ataupun kelistrikan nasional,” kata Langevin. “Ini serupa dengan kondisi sebelum 11 September. Kita baru menyadari adanya ancaman, pagi hari setelah serangan 11 September.”
Miliaran dolar harus disiapkan baik oleh pemerintah ataupun kalangan industri untuk meningkatkan keamanan, kata Dutch Ruppersberger, ketua partai Demokrat bidang technical intelligence.
Latihan perang tersebut mensimulasikan gelombang serangan komputer dalam skala besar. Sebagai respon, partisipan harus menemukan cara untuk mengatasi serangan menggunakan pengetahuan, taktik, dan prosedur yang biasa mereka gunakan di bidangnya masing-masing. Menurut pihak penyelenggara, simulasi perang dunia maya ini merupakan latihan terbesar dari sisi keragaman sektor industri dan pemerintahan yang ikut serta.
Departemen keamanan dalam negeri AS sendiri memperkirakan bahwa cyberattack akan menjadi metode serangan yang akan sering dilakukan di masa depan untuk merusak sistem komando, sebelum serangan tradisional dilakukan. Itu belum termasuk ancaman yang dilakukan oleh teroris atau penjahat dunia maya.
VIVA.co.id
4 Mei 2024
Baca Juga :
Barang Paling Laris
Komentar
Topik Terkait
Jangan Lewatkan
Terpopuler
Harga Banyu Biru Dibuka dari Rp4,7 Juta
Piranti
3 Mei 2024
HP Vivo V30e terdiri dari dua varian warna, yaitu Giri Merah dan Banyu Biru. Smartphone ini resmi meluncur di Indonesia sebagai pelengkap lini produk seri Vivo V30.
Acer terus berperan aktif dalam dunia pendidikan. Mereka percaya bahwa investasi dalam pendidikan adalah investasi untuk masa depan.
Raksasa teknologi Amerika Serikat (AS), NVidia, memasuki era generative AI PC setelah beberapa dekade menguasai segmen grafis untuk PC.
Lebih dari empat ratus juta akun Google telah menggunakan kunci sandi, yang menandakan pergeseran menuju dunia tanpa kata sandi.
Para peneliti baru-baru ini membuat penemuan mengagumkan di dunia bawah laut, yakni Lubang Biru Taam Ja' di Meksiko yang ternyata lebih dalam dari yang kita pikirkan.
Selengkapnya
Partner
Timnas Jepang U-23 menjadi keluar menjadi juara Piala Asia U-23 usai mengalahkan Uzbekistan dengan skor 1-0 dalam laga final di Stadion Jassim bin Hamad, Qatar, Jumat.
Cara Terbaru Download Video CapCut Tanpa Watermark
Gadget
36 menit lalu
CapCut, aplikasi pengeditan video besutan Bytedance, menjadi salah satu pilihan favorit banyak orang karena fitur-fitur yang lengkap dan mudah digunakan.
Cara Terbaru Keluar dari Grup WhatsApp Tanpa Ketahuan
Gadget
sekitar 1 jam lalu
Ingin keluar dari grup WhatsApp tanpa menimbulkan kecurigaan? Kini, Anda bisa melakukannya dengan mudah berkat update terbaru WhatsApp di tahun 2024, simak caranya.
Menyimpan foto di Google Photos atau di memori internal atau kartu SD pada ponsel memiliki keuntungan dan kekurangan masing-masing, tergantung pada preferensi kebutuhan
Selengkapnya
Isu Terkini