Sumber :
- VIVAnews/Muhammad Chandrataruna
VIVAnews
- Tahun lalu, sekitar 84 persen dari seluruh sofware yang dipasang di komputer Indonesia disinyalir tidak berlisensi dengan benar. Padahal para pengguna komputer menyadari adanya risiiko keamanan komputer yang datang dari software ilegal.
Temuan ini didapat dari survei Business Software Alliance (BSA) yang dilakukan setiap dua tahun dengan melibatkan lembaga riset International Data Corporation (IDC). Survei tersebut melibatkan 22.000 konsumen PC di 34 pasar di dunia, termasuk 2.000 manajer perusahaan IT.
"Angka 84 persen pada 2013 itu menurun dua persen dibanding angka di 2011. Kerugian produsen software akibat software bajakan mencapai Rp17,3 triliun," ujar Presiden dan CEO BSA, Victoria Espinel, dalam keterangan resminya, Selasa, 24 Juni 2014.
Di seluruh dunia, lanjut Espinel, kebanyakan pengguna tidak tahu software apa saja yang terpasang di dalam komputer mereka. Kondisi seperti itulah yang harus diubah. Padahal, dalam survei itu, pengguna komputer di seluruh dunia mengetahui alasan utama ancaman keamanan dari malware adalah perangkat lunak yang tidak berlisensi.
"Sebanyak 64 persen pengguna komputer di dunia mengkhawatirkan terbukanya akses masuk untuk hacker. Sedangkan 59 persen lainnya mencemaskan resiko kehilangan data," kata Espinel.
Baca Juga :
Terungkap Kekasih Calon Kiper Timnas Indonesia Maarten Paes, Satu Circle dengan Gigi Hadid
Baca Juga :
Kakek 73 Tahun Tewas dengan Kepala Hancur, Pemuda Kena Prank Nikahi Gadis Ternyata Pria Tulen
Terkait dengan penurunan jumlah software bajakan di Indonesia, Direktur Senior untuk Program Kepatuhan BSA Asia Pasifik, Roland Chan sangat berterima kasih kepada pemerintah Indonesia. Menurut Chan, penurunan ini karena adanya aksi penegakan hukum yang konsisten oleh pemerintah dan meningkatnya kesadaran atas resiko huku terkait software ilegal.
Ditingkat global, pengguna software bajakan meningkat satu persen menjadi 43 persen tahun ini. Padahal tahun 2011 angkanya mencapai 42 persen. Nilai komersial software bajakan di seluruh dunia mencapai total US$62,7 miliar.
Asia Pasifik merupakan kawasan software bajakan terbesar sepanjang 2013. Kontribusinya sebanyak 62 persen dengan nilai komersial mencapai US$21 miliar dari total kontribusi software bajakan di Indonesia. (umi)
Halaman Selanjutnya
Terkait dengan penurunan jumlah software bajakan di Indonesia, Direktur Senior untuk Program Kepatuhan BSA Asia Pasifik, Roland Chan sangat berterima kasih kepada pemerintah Indonesia. Menurut Chan, penurunan ini karena adanya aksi penegakan hukum yang konsisten oleh pemerintah dan meningkatnya kesadaran atas resiko huku terkait software ilegal.