Bisnis "Joki" Trending Topic Ancam Buzzer?

Ilustrasi Twitter.
Sumber :
  • Reuters
VIVAnews
Kepala RS Polri Blak-blakan Soal Penyebab Kematian 3 Penumpang Pesawat Jatuh di BSD Tangsel
- Bisnis menaikkan topik menjadi tren di Twitter sejatinya selama ini telah menjadi tugas
buzzer
Moana Jatuh Sengaja Tak Langsung Ditolong, Ria Ricis Beberkan Alasannya!
. Para pengguna Twitter yang memiliki jumlah
follower
Sri Mulyani Serahkan ke Pemerintahan Prabowo soal Kenaikan PPN Jadi 12 Persen pada 2025
besar biasanya menjadi andalan untuk menaikkan awareness
pengguna Twitter terhadap suatu produk. Lalu apakah bisnis jasa trending topic ini bisa mengancam eksistensi buzzer?

Salah seorang buzzer membantah hal ini. Pasalnya, menurut dia, buzzer dan jasa "joki" trending topic memiliki tujuan yang berbeda.

"Target mereka cuma masuk ke trending topic saja, yang biasanya nggak long term. Sedangkan buzzer atau influencer, lebih melihat figurnya. Bisa artis atau publik figur untuk menggaet fans atau tokoh yang memang punya interest atau dianggap bisa mewakili produk yang dikampanyekan," ujar buzzer pemilik akun @mrBambang.

Hal yang sama juga dikatakan buzzer lain. Pemilik akun @planetmiring mengatakan bahwa perbedaannya tergantung kebutuhan masing-masing. Apakah menginginkan impresi tinggi atau engagement tinggi. Apalagi "joki" trending topic biasanya mengandalkan bot (banyak akun palsu) sedangkan untuk buzzer, murni akun organik (manusia).

"Jika ingin impresi tinggi, tak masalah jadi trending topic saja, pakai bot. Tapi kalau butuh engagement tinggi, harus pake akun organik. Jadi jasa buzzer masih belum bisa disaingi 'joki' trending topic," kata pria dengan nama asli Chandra Wirawan ini.

Selain itu, kata dia, para pengguna "joki" trending topic itu biasanya adalah brand yang hanya peduli popularitas, menaikkan brand tanpa mempedulikan kualitas branding itu sendiri. Yang terpenting, hanyalah trending topic, jutaan pengguna Twitter melihat topic tersebut.

"Tidak ada engagement yang kuat ke konsumen. Malah, sentimen negatif atau positif brand susah diukur kalau sekadar trending topic. Sedangkan jika ada engagement, kita bisa tahu, ukuran sentimen orang terhadap produk atau brand," katanya.

Meski demikian, Chandra menyadari bila banyak brand yang tidak terlalu peduli dengan masalah ini. Mereka lebih mementingkan muncul menjadi trending topic dan menaruh masalah engagement di urutan belakang. Pasalnya, dia mengakui, terkadang jasa buzzer atau influencer tidak selalu bisa mendongkrak suatu topik ke daftar trending Twitter. Namun untuk urusan engagement,buzzer bisa diandalkan.

"Kalau sekadar numpang ngetop sih tidak masalah pakai jasa 'joki' trending topic," ujar dia.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa buzzer atau influencer mendapatkan bayaran sesuai dengan jumlah follower yang dimiliki untuk satu tweet promosi. Data yang dimiliki VIVAnews, satu tweet promosi bisa mencapai Rp5 jutaan hingga Rp20 jutaan

Bandingkan dengan jasa "joki" yang hanya Rp100.000 bisa "nangkring" langsung di Trending Topic Twitter. (ms)
Ketua DPP PDI Perjuangan Said Abdullah

PDIP Gencar Bangun Komunikasi dengan Khofifah dan Parpol Lain untuk Pilkada Jatim

PDIP beri kode keras siap mengusung Cagub petahana Khofifah Indar Parawansa di Pilgub Jatim.

img_title
VIVA.co.id
20 Mei 2024