Sumber :
VIVA.co.id
- Saat ini industri mobile game di Indonesia tengah berbunga-bunga seiring penetrasi smartphone yang kian tumbuh. Tak sedikit para pengembang berlomba-lomba untuk menghadirkan aplikasi yang dapat meminang pengguna smartphone.
Namun, ditengah melonjaknya industri tersebut, games yang bertemakan lokal atau mengusung tradisional, kurang diminati oleh masyarakat. Hal ini disampaikan oleh Ketua Asosiasi Games Indonesia (AGI), Andi Suryanto.
"Games bertema lokal belum banyak. Seperti Kurusetra yang menyaingi Clash of Clan, hasilnya belum banyak (terlihat). Mungkin, mereka (pengguna) lebih mengerti (kisah) Barbarian ketimbang Majapahit," kata Andi kepada
VIVA.co.id
di Hotel Century Atlet, Jakarta, Rabu, 26 Agustus 2015.
Ia menunjukkan, sebanyak 30 persen pengguna ponsel pintar berbasis Android menyukai permainan kategori strategi seperti Clash of Clan. Kemudian permainan balap 25 persen, game aksi 18 persen, arcade 14 persen, dan simulasi 14 persen.
"Saya juga terkejut, kenapa games bertema balap menjadi salah satu yang terpopuler di Indonesia. Padahal, pendapatan game tersebut masih rendah," ujar Andi yang juga menjabat CEO Lyto.
Meski demikian, Andi melanjutkan bahwa games bertema lokal bukan berarti tak mampu bersaing. Menurutnya, industri mobile games ini ibaratnya seperti film dan musik.
Baca Juga :
Terpopuler: Deretan Negara dengan Janda Terbanyak di Dunia hingga Resep Gampang Gulai Tunjang
Baca Juga :
Terpopuler: Rio Reifan Ditangkap karena Kasus Narkoba hingga Zita Anjani Pamer Starbucks di Mekkah
"Dalam setahun,
market size-
nya mencapai US$200. Itu hanya di sektor games saja, belum yang lainnya," katanya.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
market size-