Belajar Hidup dengan Literasi Rumah Baca Aksara

Kunjungan ke perpustakaan Rumah Baca Aksara di Ruteng, NTT
Sumber :
  • Jo Kenaru (NTT)

NTT – Menghadirkan ruang belajar bersama dan membangun rasa solidaritas, berbagi, saling mengingatkan dan berdaya kritis menghadapi peradaban serta dinamika sosial kemasyarakatan merupakan spirit utama Rumah Baca Aksara (RBA) dibentuk.

Unik, Pendaftaran Bakal Calon Bupati di Manggarai Serahkan Ayam Jago dan Tuak ke Panitia

Adalah Gheril Ngalong sosok yang mendandani gerakan literasi yang bernaung di bawah bendera RBA. Rumah Baca Aksara berdiri 8 April 2019, beralamat di Langgo Ruteng, Gang Timor Kelurahan Carep Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kunjungan ke perpustakaan Rumah Baca Aksara di Ruteng, NTT

Photo :
  • Jo Kenaru (NTT)
Belasan Kali Erupsi di Gunung Api Ile Lewotolok Lembata NTT

RBA menggunakan buku sebagai ruang berbagi pengetahuan sekaligus medium perjumpaan dengan berbagai pihak untuk lebih melek berliterasi agar sedapat mungkin bisa membaca konteks beragam referensi pengetahuan pustaka sebab literasi hari ini berevolusi dengan tantangan zaman.

Upaya kecil yang awalnya didukung oleh istri dan keluarga makin mendesak Gheril untuk segera menjaring sejumlah teman yang memiliki cita-cita yang sama menghidupkan pendidikan alternatif.

Siswi SMA Negeri 2 Maumere Dilarang Ikut Ujian Gegara Nunggak Rp50 Ribu

Program "Sabtu Bercerita" merupakan debutan Gheril dkk yang diperuntukkan bagi anak-anak dari berbagai jenjang usia guna menghidupkan kebiasaan bercerita di dalam lingkaran bermain sembari menyisipkan nilai-nilai tertentu di dalam cerita untuk meningkatkan kepekaan dan kepedulian mereka terkait lingkungan dan sosial melalui kegiatan menanam pohon dan mengajarkan anak mendaur ulang kertas.

Selaku pengampu "Sabtu Bercerita" Gheril membutuhkan tim yang bekerja kolektif dalam beberapa agenda kegiatan yang digeber pada tahun-tahun awal RBA. 

Dari "Sabtu Bercerita" RBA kemudian melahirkan "Literasi Bergerak" sebuah kegiatan outdoor dengan konsep lapak baca buku gratis bagi semua kalangan. 

Tak hanya itu, ada pula kegiatan Berisik (Bercerita Asik tentang Musik) yaitu kegiatan bermusik bentuk penghargaan kepada para musisi lokal.

Kegiatan RBA yang memanfaatkan medsos sebagai media publikasi untuk memanggil dan mengajak keterlibatan publik bak gayung bersambut. Medsos membuka gerbang informasi dan kampanye literasi RBA. Alhasil, pengaruh Gheril banyak wajah baru bergabung.

Mereka makin sering  berjumpa dan mengonsepkan banyak hal yang kemudian beberapa di antara mereka kemudian menjadi promotor pengembangan divisi debutan seperti Divisi Kerja Desain & Sablon, serta Divisi Pertanian yang menghasilkan produk pupuk organik cair dan pupuk organik padat.

Bunga Telang, salah satu jenis tanaman herbal yang sampai sekarang dibudidayakan di Rumah Baca Aksara sebagai produk minuman herbal.

Pengolahan pupuk organik di Rumah Baca Aksara, Ruteng, NTT

Photo :
  • Jo Kenaru (NTT)

Anggota aktif di RBA kian bertambah masing-masing dengan kekuatan inovasi. Demi menyalurkan kemampuan yang ada di dalam komunitas RBA, dibuatlah pemetaan potensi untuk dilebur ke dalam divisi-divisi kerja tambahan. 

Divisi tambahan yaitu  Divisi Art (mural, sketsa, dll) Musik & Seni Pertunjukan, Dekorasi & Dokumentasi, Daur Ulang Kertas dan Divisi Litbang sebagai wadah pendistribusian pengetahuan melalui penelitian-penelitian kecil terkait isu lingkungan. 

Ruang Buku Aksara

Di luar konsep divisi kerja dengan kegiatannya masing-masing, RBA juga mengelola perpustakaan dengan hampir ribuan judul buku dari berbagai genre yang dapat diakses oleh kalangan umum dan bisa dipinjam ke rumah dengan syarat-syarat tertentu. 

"Sambil di samping ruang perpustakaan masyarakat yang bisa diakses gratis kami berupaya membuka toko buku kecil dengan nama "Ruang Buku Aksara". Buku-buku tersebut dibeli langsung dari penerbit dan kembali kami jual demi memenuhi kebutuhan literasi masyarakat," ujar Gheril kepada ViVa.

Sadar akan ragam persoalan serta dinamika yang terjadi di ruang lingkup masyarakat, RBA pun memanfaatkan kerja kolaboratif dalam rumpun berkesenian, ragam projek, kegiatan pertunjukan serta agenda diskusi tematik, demi membuka wawasan kritis, pembentukan ruang kesadaran melalui distribusi informasi pengetahuan. 

"Biasanya agenda-agenda ini kami gelar di setiap akhir pekan," tutur Gheril.

Dia menekankan, ber-literasi bisa melihat hidup karena literasi memahami, melibati, menggunakan, menganalisis, dan mentransformasi teks. Literasi tidak sekadar tentang membaca dan menulis tapi lebih jauh tentang kompetensi.

Kegiatan literasi bergerak Rumah Baca Aksara, Ruteng, NTT

Photo :
  • Jo Kenaru (NTT)

Open donasi pengobatan
Juga tak luput dari perhatian RBA yakni kegiatan sosial. Mereka berinisiatif membuka tabungan solidaritas khusus untuk pasien balita yang membutuhkan biaya pengobatan. Dana ini terkumpul melalui keterlibatan publik dengan mengadakan agenda kesenian ke berbagai titik dan berkolaborasi dengan komunitas lokal yang ada di Kota Ruteng. 

"Ketika ditanya terkait sumber dana yang menggerakkan ragam kegiatan serta operasional di RBA dengan rasa bangga kami menyatakan bahwa sampai sejauh ini kami masih melangkah berkat hasil pengelolaan managemen keuangan dari ragam alat produksi serta produk jasa yang kami kerjakan dari 6 divisi kerja. Serta didukung dari hasil urunan sejumlah kawan kolektif aktif yang telah loyal bekerja untuk misi-misi kebaikan," ulas Gheril Ngalong.

"Salah satu yag kami kerjakan yakni penggalangan dana yang kami inisiasi dan menjaring sejumlah komunitas muda di Ruteng untuk Adik Rehan, Balita 4 tahun yang menderita sakit Hidrosefalus. Dan laporan keuangannya sudah kami sampaikan kepada publik," sebut Gheril.

Muda menggugat

RBA mengusung spirit tak lebih ingin membangun orkestrasi gerak langkah bersama kaum muda memanfaatkan kesenian sebagai ruang belajar sekaligus rumah refleksi demi membangun kesadaran. 

"Kesadaran seperti apa?. Tentu hadir dalam tema "Muda Menggugat" melalui suguhan pertunjukan monolog," terangnya.

Pria 32 tahun ini menyadari pelbagai kekurangan di Rumah Baca Aksara. Tapi dia percaya ada banyak tangan yang menggenggam yang ikut merangkul demi menebarkan kebaikan seraya belajar hidup dari literasi.

"Maka semoga akan ada banyak cinta yang bertebaran. Motivasi besar yang tentu mampu jadi catatan serta semangat bagi kami untuk selalu berani berimajinasi, berkarya dan terus berbagi," pungkas Gheril. (Jo Kenaru/NTT)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya