Piala Eropa 2016

Ketika Aksi Teror Ancam Status Tuan Rumah Prancis

Penonton di evakuasi dari Stade de France setelah ledakan bom, pada November 2016
Sumber :
  • REUTERS/Gonazlo Fuentes
VIVA.co.id
Timnas Prancis Cemas Bakal Dibikin Repot Pemain 'Bau Kencur' Inggris
- Jumat 13 November 2015 malam atau Sabtu dini hari WIB, mungkin menjadi hari yang tak ingin diingat oleh para penggawa timnas Prancis dan Jerman. Tepat di hari itu, saat keduanya beruji coba di Stade de France, terjadi aksi pengeboman dan penembakan yang menewaskan lebih dari 100 orang.

Prancis vs Inggris; Sepakbola Pulang ke Rumah atau Deschamps Cetak Rekor?
Pertandingan uji coba antara Prancis versus Jerman sebenarnya berjalan lancar. Kedua tim melakoni laga selama 90 menit penuh. Dan di akhir, Prancis dinyatakan sebagai pemenang setelah unggul 2-0.

5 Pesepakbola Termuda di Piala Dunia 2022, Ada yang Baru 17 Tahun!
Kemenangan biasanya disambut euforia oleh suporter tuan rumah. Namun, tidak saat itu. Para suporter tuan rumah justru terlihat ketakutan. Wajah-wajah mereka tampak memancarkan kekhawatiran yang sangat mendalam.

Wajar, karena mereka sudah tahu apa yang terjadi di luar stadion. Ada serangan bom yang terjadi di dekat stadion. Apalagi suara dari dua ledakan bom terdengar hingga ke dalam Stade de France.

Setelah pertandingan, panitia pun meminta kepada para penonton untuk tetap berada dalam stadion hingga kondisi kondusif. Para penonton akhirnya masuk ke dalam lapangan, sambil berharap keadaan membaik.

Para pemain Prancis dan Jerman juga diungsikan ke dalam ruang ganti. Mereka diperintahkan agar tetap berada di kamar ganti, sampai mendapat kepastian kondisi sudah terkendali.

"Kami semua dalam kondisi syok. Pertandingan dan gol-gol jadi tak terlalu penting pada hari seperti ini. Kami baru diberi tahu di ruang ganti tentang apa yang sedang terjadi," kata pelatih timnas Jerman, Joachim Loew, seperti dilansir Daily Mail.

Ancaman teroris di Paris sebenarnya sudah dirasakan oleh skuad Der Panser pada H-1 pertandingan. Ketika itu, hotel tempat mereka menginap mendapat ancaman bom.

Alhasil, para pemain Jerman harus keluar dari hotel tersebut. Mereka pun memutuskan untuk pindah ke Hotel Molitor, kawasan Rue Nungesser et Coli.

"Kami semua di bangku cadangan sudah takut karena sebelumnya ada ancaman bom yang membuat kami menghabiskan tiga jam di luar hotel," tutur Loew.

"Ada ketidakpastian, ketakutan besar, dan mood yang aneh di ruang ganti. Bisa terlihat betapa terkejutnya para pemain. Mereka mengambil ponsel masing-masing untuk menghubungi rumah," timpal manajer timnas Jerman, Oliver Bierhoff.

Setidaknya, menurut Polisi Prancis, ada enam hingga tujuh lokasi yang menjadi salah satu target serangan. Dan Stade de France menjadi salah satunya, mengingat Presiden Francois Hollande ada di dalam stadion.

Pihak kepolisian sempat menangkap satu pelaku pengeboman yang hendak masuk ke dalam stadion. Namun, sang pelaku berhasil kabur dan melakukan aksi bom bunuh diri di pintu J Stade de France.

Selanjutnya: Meninggalkan Ketakutan


Meninggalkan Ketakutan

Aksi teror yang mengguncang Paris ternyata berdampak besar di kawasan Eropa. Sejumlah negara tetangga merasa ketakutan yang luar biasa.

Salah satunya adalah Belgia. Rencananya, mereka akan menggelar laga uji coba melawan Spanyol di Brussels pada Selasa 17 November 2015.

Terjadinya aksi teror di Paris membuat jajaran pejabat Federasi Sepakbola Belgia khawatir. Mereka takut kejadian serupa pecah saat laga uji coba besok.

Hingga sekarang, kemungkinan besar pertandingan Belgia versus Spanyol tetap digelar. Tapi, penjagaan ekstra ketat bakal diterapkan. Dan jumlah personel keamanan akan ditingkatkan.

Walikota Brussels, Yvan Mayeur, seperti dilansir Marca, pun menghimbau kepada fans agar tak membawa tas dalam bentuk apa pun ke dalam stadion. Protokol ini diterapkan demi mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan.

Hal yang sama juga dialami oleh Inggris. Skuad timnas Inggris diketahui mengalami ketakutan yang luar biasa saat mengetahui adanya aksi teroris seperti ini.

Maklum, tahun depan, The Three Lions kemungkinan besar akan tinggal di Prancis dalam waktu yang cukup lama. Mereka bakal tampil di putaran final Piala Eropa 2016.

Federasi Sepakbola Inggris, FA, akhirnya langsung berkoordinasi dengan panitia Piala Eropa 2016. Mereka meminta diberikan pengamanan ekstra saat sedang menyambangi Prancis tahun depan.

Tak cuma di dalam stadion, FA juga berharap ada pengamanan untuk timnas Inggris di kamp mereka, kawasan Chantilly.

Selain meminta pengamanan ekstra ketat, FA juga menerapkan aturan yang untuk mengisolasi kamp Inggris. Nantinya, dilansir Mirror, para pemain tak diperbolehkan keluar masuk kamp sembarangan.

Ofisial tim akan memberi waktu kepada mereka untuk keluar dari kamp. Dan keamanan juga diminta melakukan sterilisasi kamp Inggris dari pihak luar seperti fans. Namun, wacana ini belum mendapat persetujuan.

Selain kontestan Piala Eropa, pemain-pemain yang merumput di Prancis juga menyatakan kekhawatirannya. Mereka masih berpikir ulang kembali ke Negeri Menara Eiffel tersebut.

Salah satunya adalah David Luiz. Bek Paris Saint Germain ini merasa khawatir dengan keselamatan keluarganya. "Jika tergantung pada keputusan saya, maka saya akan memilih tak kembali," kata Luiz.

Selanjutnya: Status Tuan Rumah Terancam


Status Tuan Rumah Terancam

Dampak dari serangan teror di Paris terbilang sangat besar. Status Prancis sebagai tuan rumah Piala Eropa 2016 bisa saja dicabut karena alasan keamanan.

Sky Sports melansir jajaran Komite Eksekutif (Exco) akan menggelar rapat pada 10 Desember 2015 mendatang. Salah satu rapat tersebut akan membahas masalah status Prancis sebagai tuan rumah Piala Eropa.

Mereka akan meminta penjelasan dari panitia pelaksana terkait perkembangan situasi dan kondisi di Prancis. Analisa akan dilakukan selama dua hari.

Dan pada 12 Desember 2015, atau bertepatan dengan undian grup Piala Eropa, status Prancis akan ditentukan. UEFA akan meminta pendapat kepada 24 negara peserta terlebih dulu sebelum mengambil putusan terkait status Prancis.

Presiden Federasi Sepakbola Prancis (FFF), Noel Le Graet, pun pesimistis Piala Eropa 2016 digelar di negaranya. Le Graet khawatir tragedi serupa bakal terulang dan memakan korban lebih banyak.

"Banyak tindakan pencegahan yang diambil, tetapi kita bisa melihat jika teroris bisa menyerang setiap saat. Kami sangat khawatir tentang Piala Eropa. Saat ini, kami bahkan lebih khawatir dengan keluarga," kata Le Graet.

Namun, komentar lain keluar dari mulut Ketua Panitia Piala Eropa, Jacques Lambert. Dia menjamin keamanan di Prancis. 
Lambert menilai protokol keamanan untuk Piala Eropa 2016 sudah teruji. Itu terbukti, menurut Lambert, dari pengamanan di dalam stadion. 

"Kami akan membuat keputusan agar putaran final Piala Eropa dapat diselenggarakan dalam kondisi keamanan terbaik," ujar Lambert kepada stasiun radio RTL.

"Keamanan di stadion berjalan dengan baik, risikonya lebih banyak terjadi di jalan-jalan karena spontan. Keinginan untuk membatalkan Piala Eropa adalah permainan para teroris," lanjutnya.

Lambert mengaku pihaknya juga masih harus mematangkan standar protokol keamanan untuk Piala Eropa. Pekan depan, rencananya panitia lokal akan menggelar rapat darurat demi membahas persiapan Piala Eropa, setelah terjadi serangan teroris.

Sebanyak perwakilan dari 10 kota akan diundang demi membahas perkembangan di wilayah masing-masing. Pihak kepolisian juga akan dilibatkan di dalam rapat tersebut.

Sangat memilukan memang. Serangan teror di Paris tentunya telah melumpuhkan berbagai kegiatan di semua aspek, termasuk olahraga. 

Pekan ini saja, seluruh pertandingan olahraga di Prancis dihentikan sementara sampai keadaan kembali kondusif. Bon retablissement France!
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya