Medali Perunggu, Gelar Pengobat Luka Timnas U-22

Timnas Indonesia U-22 melawan Myanmar di SEA Games 2017
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dhana Kencana

VIVA.co.id – Harapan masyarakat Indonesia untuk menyaksikan Timnas U-22 merebut medali emas gagal terwujud. Paceklik medali emas bertambah panjang, karena Garuda Muda kalah 0-1 dari tuan rumah Malaysia di semifinal, 26 Agustus 2017.

Jepang Vs Myanmar, Moriyasu Andalkan Pemain J League

Timnas U-22 pun terluka. Namun, tim besutan Luis Milla Aspas mendapatkan pengobat luka dengan merebut medali perunggu di  Majlis Perbandaran Selayang (MPS), Selasa 29 Agustus 2017. Indonesia sukses menang 3-1 atas Myanmar.

Daya juang tinggi ditunjukkan Hansamu Yama cs saat menghadapi Myanmar. Fans Indonesia dibuat was-was karena gawang Satria Tama harus bobol terlebih dahulu di menit 23 lewat gol Than Paing.

Klasemen Sepakbola SEA Games 2023: Timnas Indonesia U-22 Kokoh di Puncak

Tertinggal 0-1 di babak pertama, Timnas U-22 sanggup melakoni comeback di babak kedua. Evan Dimas Darmono membawa Indonesia menyamakan kedudukan di menit 55. Namun, gol ini akhirnya dianggap gol bunuh diri pemain Myanmar, Hein Thiha Zaw.

Indonesia membalikkan kedudukan di menit 59, lewat aksi Septian David Maulana. Gol spektakuler Rezaldi Hehanusa di menit 77, melengkapi kemenangan Timnas U-22.

Ramadhan Sananta Mau Terus Sumbang Gol untuk Indonesia U-22

Bagi pelatih Timnas U-22, Luis Milla, kemenangan ini memiliki arti tersendiri. Ini menjadi pembalasan atas tercorengnya debut Milla bersama Timnas U-22 lalu. Pada Maret 2017 lalu, Garuda Muda kalah 1-3 dari Myanmar dalam laga uji coba di Stadion Pakansari, Cibinong.

Selanjutnya: Terapi Kejut Milla

Terapi Kejut Milla
Kemenangan ini disambut baik oleh Milla. Pelatih asal Spanyol ini membuktikan, perubahan taktiknya di babak kedua membuat Indonesia tampil kesetanan.

Milla mengungkapkan rahasia di balik melesatnya permainan anak-anak asuhannya. Evaluasi dan instruksi di ruang ganti, membuat permainan Evan Dimas cs menggila.

Timnas Indonesia U-22 melawan Myanmar di SEA Games 2017

"Ada evaluasi yang dilakukan. Saya tak mau bicara apa yang jelek di babak pertama. Pemain kami tampil luar biasa sepanjang pertandingan ini," kata Milla usai laga.

"Lihat, kami mengontrol jalannya permainan di babak kedua. Sebenarnya, 10 menit jelang babak pertama berakhir, kami menunjukkan kebangkitan. Saya salut dengan perjuangan pemain," lanjutnya.

Perubahan taktik Milla pun berbuah manis. Indonesia merebut medali perunggu untuk kali keempat sepanjang sejarah SEA Games.

Seperti dilansir dari berbagai sumber, ini merupakan medali perunggu keempat yang diraih Indonesia. Sebelumnya, Tim Merah Putih meraih gelar hiburan ini pada 1981, 1989, dan 1999.

Pada 1999, Indonesia merebut perunggu usai menaklukkan Singapura. Indonesia menang 4-2 lewat adu penalti di Hassanah Bolkiah Stadium, Brunei Darussalam.

Medali perunggu sebelumnya diraih pada 1981 usai menang 2-0 atas Singapura, dan 1989, dengan menekuk Thailand 9-8 lewat adu penalti.

Selanjutnya: Perjuangan Evan Dimas


Perjuangan Evan Dimas
Perjuangan Timnas U-22 dalam merebut medali perunggu tak mudah. Tim besutan Luis Milla tampil spartan selama 90 menit.

Salah satu pemain yang menunjukkan pengorbanan adalah Evan Dimas. Selama pertandingan, gelandang Bhayangkara FC sebenarnya menahan rasa nyeri. Hantaman demi hantaman yang dilepaskan pemain Myanmar, sempat membuat kaki gelandang 22 tahun tersebut kesakitan.

Timnas Indonesia U-22 melawan Myanmar di SEA Games 2017

"Pas dihantam yang terakhir itu, saya sampai sakit sekali, nyeri. Tapi, saya harus bertahan demi Merah Putih," kata Evan usai laga.

Rasa nyeri tersebut, diungkapkan Evan, seakan hilang ketika mencetak gol. "Terasa begitu lega, kaki saya tak ada nyeri atau apa pun usai cetak gol," terang Evan.

Sayangnya, gol monumental Evan Dimas, akhirnya 'dirampok'. Pengawas pertandingan mencatat, bukan Evan yang mencetak gol. Sepakan Evan memang membentur salah satu pemain Myanmar, Hein Thiha Zaw.
 
Selanjutnya, bola berubah arah hingga akhirnya menuju gawang Myanmar. Dari tayangan ulang, bola hanya membentur sekali. Dan, seharusnya Evan dinobatkan sebagai pencetak gol.

Hanya saja, gol tersebut ternyata tak dihitung milik Evan. Melainkan, bunuh diri Zaw.

Setidaknya, medali perunggu ini bisa mengobati kekecewaan masyarakat Indonesia. Mudah-mudahan, suatu saat nanti Indonesia bisa kembali merebut medali emas, yang kali terakhir direbut pada 1991.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya