Mengenal 5 Gender dalam Suku Bugis, Kerap Menuai Stigma Negatif

Potret Bissu Dalam Ritual Kebudayaan Bugis (Foto/wikipedia)
Sumber :
  • vstory

VIVA – Suku Bugis yang ada di Sulawesi mengenal lima gender sekaligus di dalam kehidupan masyarakatnya. Padahal, konstruksi masyarakat biasanya hanya mengenal dua gender saja, yaitu maskulin dan juga feminim. Kedua identitas ini melekat pada masyarakat bahwa maskulin adalah simbol dari seorang laki-laki dan feminim adalah simbol dari seorang perempuan

Hal ini juga yang menjadi salah satu alasan mengapa perundungan dan intoleransi masih ada kepada seseorang yang mencoba untuk mengekspresikan dirinya di luar kedua simbol tersebut. Suku Bugis ini mengenal gender di samping laki-laki dan perempuan. Mungkin aneh kedengarannya, tapi hal ini memang benar. Bahkan, sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Nah, berikut ulasan tentang lima gender dalam Suku Bugis yang disadur dari berbagai sumber. 

1. Orowane

Pengantin Bugis.

Photo :
  • U-Report

Orowane merupakan sebutan untuk laki-laki di dalam bahasa Bugis. Seperti pada laki-laki biasanya, Orowane ini mempunyai sikap yang tegas dan maskulin. Bila sudah mempunyai keluarga, ia akan dianggap bertanggung jawab penuh untuk bekerja dan menafkahi keluarganya. 

2. Makkunrai

Ilustrasi panai orang Bugis.

Photo :
  • U-Report

Dalam bahasa Bugis, Makkunrai adalah sebutan untuk orang yang berjenis kelamin perempuan. Kedudukan perempuan dalam suku Bugis ini sangat dihargai. Bila ingin menikahi seorang perempuan, maka laki-laki harus mengeluarkan uang panai’ atau mahar dengan nominal menurut status sosial si perempuan. 

Peringati Hari Kartini, Peran Perempuan dalam Industri 4.0 Jadi Sorotan di Hannover Messe 2024

3. Calabai

Calabai Suku Bugis

Photo :
  • Tangkapan Layar
Bocah 7 Tahun Ditemukan Tewas di Tempat Penyimpanan Dupa, Diduga Dibunuh Tantenya

Selain gender laki-laki dan perempuan, Suku Bugis juga mengenal satu gender lain yang disebut dengan Calabai. Calabai adalah orang yang dilahirkan dengan kondisi biologis sebagai seorang laki-laki tapi dalam kesehariannya berperilaku seperti perempuan. Walaupun demikian, masyarakat di Suku Bugis tetap menganggap mereka sebagai seorang laki-laki. 

Laman BBC mengatakan bahwa Calabai ini tidak menyamar sebagai seorang perempuan, tapi memperlihatkan perilaku feminim mereka sendiri, seperti memakai rok mini, merokok, dan bertindak dengan cara yang lebih seksual secara lahiriah. Mereka juga banyak yang memanjangkan rambut, memakai riasan, sampai bekerja di salon kecantikan. 

Viral MUA Ceritakan Kisah Pengantin Kesurupan Gegara Tidak Ziarah Kubur Sebelum Nikah

4. Calalai

Calalai Suku Bugis

Photo :
  • Tangkapan Layar

Calalai adalah kebalikan dari Calabai, karena mereka adalah sebutan untuk kaum perempuan yang memiliki perilaku seperti laki-laki dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Secara tradisional, mereka juga mengambil peran gender laki-laki. Mereka juga mungkin menggunakan kemeja dan celana panjang, merokok, rambut pendek, dan melakukan pekerjaan sehari-hari. 

Walaupun demikian, masyarakat di Suku Bugis tetap memandang mereka sebagai seorang perempuan. Hanya saja, mereka mempunyai sikap dan sifat yang dimiliki oleh perempuan pada umumnya. Kaum Calalai ini juga tidak menganggap diri mereka sendiri sebagai seorang laki-laki. 

5. Bissu

Potret Bissu Dalam Ritual Kebudayaan Bugis (Foto/wikipedia)

Photo :
  • vstory

Gender yang ada di dalam Suku Bugis berikutnya adalah Bissu yang dianggap bukan sebagai seorang laki-laki maupun perempuan. Akan tetapi, mereka mewakili semua spektrum gender yang ada di dalam suku tersebut. Bissu, seperti Calabai dan Calalai, mereka menampilkan jati diri lewat pakaian, seperti sering menggunakan bunga, sebagai simbol feminim, tapi juga membawa keris yang disimbolkan dengan laki-laki. 

Banyak Bissu yang terlarik interseks, tapi istilah ini mempunyai implikasi di luar biologi. Meskipun gender suku Bugis digambarkan sebagai spektrum, Bissu dipandang berada di dalam klasifikasi tersebut, makhluk spiritual yang tidak berada di tengah antara laki-laki dan perempuan, melainkan mewujudkan kekuatan keduanya sekaligus. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya