Gen Z Harus Melek Keuangan, Waspada Investasi Bodong yang Janjikan Hasil Besar

Ilustrasi investasi.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA Lifestyle – Generasi muda saat ini yang dikenal dengan sebutan Gen Z merupakan orang-orang yang hidup di tengah perkembangan kecanggihan teknologi yang dapat mempermudah aktivitas sehari-hari. Tak terkecuali perihal keuangan yang berhubungan dengan pembelian hingga mendapatkan uang dari jualan secara online. 

Ramalan Zodiak Senin 29 April, Hati-Hati Untuk Leo Soal Keuangan

Gen Z menjadi generasi dengan literasi digital yang sangat baik dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya. Sayangnya, literasi keuangan Gen Z masih dirasa kurang. Banyak dari mereka hidup dengan cara menghamburkan uang di masa kini tanpa memikirkan bagaimana kebutuhan di masa depannya.

Berdasarkan survei Katadata Insight Center (KIC) bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada 2021, 60 persen Generasi Z (Gen Z) termasuk pada penilaian kelompok responden dengan literasi digital tinggi. Sedangkan, menurut studi dari Deloitte tahun 2022 menemukan bahwa hampir setengah dari Gen Z (46 persen) di dunia membiayai kebutuhan hidup dari uang gaji dan khawatir mereka tidak akan mampu menutupi pengeluaran mereka.

Ekonomi Global Diguncang Konflik Geopolitik, RI Resesi Ditegaskan Jauh dari Resesi

Ilustrasi anak muda.

Photo :
  • Freepik/freepik

Studi yang sama menemukan bahwa lebih dari seperempat Gen Z (26 persen) di dunia tidak yakin dapat pensiun dengan nyaman. Artinya perilaku keuangan Gen Z masih lebih fokus pada kebutuhan saat ini saja tanpa memperhitungkan kebutuhannya nanti di masa depan.

Sri Mulyani Ungkap Mood dan Fokus Para Pembuat Kebijakan Keuangan Global Lagi Begini

“Padahal para Gen Z ini nantinya diharapkan bisa menjadi titik tumpu kemajuan sebuah bangsa, untuk itu sangatlah penting membekali para Gen Z ini dengan berbagai keahlian, termasuk literasi keuangan,” kata Shunzo Nagahama, selaku Vice President Director Tokio Marine Life, dalam acara workshop di Jakarta, Senin 17 April 2023.

Teknologi digital memberikan pengaruh signifikan terhadap perilaku sehari-hari Gen Z. Realitas ini membuat mereka memiliki gaya hidup dinamis dan terus mengikuti tren, dengan tingkat literasi digital yang baik. Di sisi lain, terkadang realitas ini membuat mereka sulit mengatur dan mengelola keuangan dengan bijak. Padahal, titik tumpu kemajuan sebuah bangsa, terutama di bidang perekonomian, sangat diharapkan dari keahlian, pengetahuan dan pengalaman generasi mudanya yang saat ini diperankan oleh Gen Z.

Dalam perilaku keuangan, memang sangat erat hubungannya dengan literasi keuangan, karena literasi keuangan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengelola keuangan dengan tujuan mencapai kesejahteraan. 

Pentingnya literasi keuangan juga dapat menghindarkan para generasi ini untuk terhindar dari investasi bodong yang sedang marak terjadi di masyarakat. Oleh karena itu, tidak boleh sembarangan memulai investasi dan harus mengenali terlebih dahulu kemampuan diri sendiri.

Kenali risikonya, setiap bentuk investasi itu punya risiko masing-masing. Pada dasarnya, ada tiga sifat investasi, yaitu konservatif, moderat, dan agresif. Selama itu sesuai dengan kelasnya, maka itu relatif terjaga," jelas Oti Iman Surendra, CFP, AWM, FLMI.

Ilustrasi investasi

Photo :
  • www.pixabay.com/nattanan23

Menuruti Oti, investasi yang bersifat konservatif itu relatif aman bagi pemula dengan tingkat pengembalian dan resiko yang sama-sama kecil. Sementara investasi yang bersifat agresif memiliki tingkat pengembalian cukup besar dengan risiko yang besar pula. Berbeda dari sifat-sifat dasar investasi tersebut, investasi bodong cenderung menjanjikan hasil yang besar dengan risiko yang kecil.

"Yang bahaya investasi bodong ini biasanya menjanjikan sesuatu yang di luar dari fitrahnya. Jadi pengembalian besar, tapi resiko kecil. Nah yang seperti ini yang harus dihindari," sambungnya.

Oleh karena itu, sebelum memulai investasi sebaiknya mengenali terlebih dahulu profil diri sendiri dengan menempatkan pada tingkat kemampuan risikonya.

"Jadi yang paling aman ketika sesuai dengan profil resiko kita, karena tingkat keamanan kembali ke kemampuan menerima masing-masing orang. Semakin besar penghasilan atau kapsitasi simpanannya biasanya keberanian menerima resikonya semakin besar," kata Oti.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya