Gaet Generasi Milenial, Indonesia Bidik Cetak 10 Juta Petani Muda Digital

Ilustrasi petani milenial.
Sumber :
  • STEINBAUER Performance

JAKARTA – Lahan yang terus berkurang serta jumlah petani yang terus menurun menjadi tantangan bagi ketahanan pangan Indonesia. Saat ini, 70 persen petani yang ada di Indonesia berusia di atas 65 tahun.

Kerja Sama Agroteknologi dengan Kerajaan Negeri Pulau Pinang Malaysia, Dave Laksono Sambut Baik

Permasalahan itu yang membuat Erwin Gunawan mendirikan Gerakan Maju Tani. Menurut Erwin, masalah krisis pangan dunia sudah di depan mata dan tidak bisa diserahkan ke Pemerintah saja.

Erwin pun berpandangan bahwa masalah ini menjadi masalah bersama yang harus diatasi dengan partisipasi setiap warga Indonesia dan menjadi tanggung jawab semua. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Gak Nyangka, Ternyata Gen Z Punya Karakter Mulia Ini

Erwin Gunawan mengungkapkan, tujuan utama dari Gerakan ini adalah mencetak 10 juta petani digital sebelum akhir 2024. Gerakan Maju Tani mengusung konsep metafarming yang memungkinkan anak muda untuk  bisa menjadi petani secara digital.

Meta Farming adalah platform online di mana semua orang bisa terlibat dalam pertanian. Melalui aplikasi ini, mereka yang tertarik untuk bertani bisa bercocok tanam di lahan yang sudah disiapkan oleh Meta Farming.

7 Negara dengan Populasi Pedesaan Terbesar di Dunia, Indonesia Nomor 4

Konsep metafarming ini akan disosialisasikan ke sejumlah pihak agar target 10 juta petani muda digital pada akhir 2024 bisa tercapai.

Dan pada Senin 11 September 2023, Gerakan Maju Tani mendeklarasikan manifesto perjuangannya di depan Kepala Staf Kepresidenan yang juga Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko. Deklarasi dilakukan di Kantor Staf Kepresidenan, Jakarta.

Dalam manifestonya, Gerakan Maju Tani bertekad memajukan pertanian dengan teknologi dan inovasi, memberdayakan generasi muda di dunia pertanian, melestarikan pertanian yang berkelanjutan, mengatasi krisis pangan dunia dan keamanan pangan dalam negeri serta mencanangkan Hari Maju Tani pada 8 Oktober 2023 sebagai Hari Kebangkitan dan Transformasi Petani Muda Indonesia.

“Gerakan ini berawal dari kekhawatiran kami terkait krisis pangan yang terjadi di banyak negara termasuk Indonesia. Saat ini, Indonesia sudah menjadi negara importir bahan pangan. Belum lagi jumlah petani yang semakin berkurang,” ungkap Erwin dalam acara konferensi pers Gerakan Maju Tani di Kantor Staf Kepresidenan.

“Karena itu, kami ingin berupaya agar anak muda tertarik untuk menjadi petani. Karena, masalah krisis pangan dan terus menurunnya jumlah petani bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tapi juga menjadi tanggung jawab kita bersama,” lanjut Erwin.

Pada acara tersebut, Gerakan Maju Tani juga menobatkan Ketua Umum HKTI Moeldoko sebagai Bapak Gerakan Maju Tani Indonesia. Moeldoko menyambut baik Gerakan Maju Tani yang diusung oleh sekelompok anak muda.

“Kami meminta dukungan dari Bapak Moeldoko sebagai Kepala Staf Kepresidenan yang juga Ketua Umum HKTI untuk menjalankan konsep ini secara massal tidak hanya di kota-kota besar tetapi juga di seluruh wilayah di Indonesia. Kami juga akan meminta bantuan dari Kementerian Pertanian agar target 10 juta petani digital bisa tercapai pada akhir 2024,” ucap Erwin.

Moeldoko turut menuturkan bahwa metafarming ini merupakan bentuk transformasi di sektor pertanian. Konsep ini memanfaatkan teknologi yang bisa digunakan untuk menginspirasi anak muda untuk mau menjadi petani.

“Kalau kita dengar semua tadi keterangan dari Pak Erwin (inisiator Gerakan Maju Tani-red), mereka bisa bertani di dalam ruangan dengan menggunakan green pod. Itu merupakan sebuah terobosan baru di sektor pertanian. Saya berharap gerakan ini bisa mengubah kebijakan pemerintah di sektor pertanian,” ujar Moeldoko.

Berdasarkan hasil survei Jakpat, hanya 6 dari 100 generasi Z berusia 15-26 tahun yang ingin bekerja di bidang pertanian. Ada sejumlah alasan mengapa banyak generasi Z atau gen Z yang tak ingin bekerja di bidang pertanian antara lain pendapatan kecil, penuh risiko dan tidak menjanjikan.

Rendahnya minat pemuda bekerja di sektor ini pun membuat Indonesia harus puas berada di urutan keenam negara dengan proporsi tenaga kerja pertanian tertinggi di Asia Tenggara.

Menurut ASEAN Statistics Division, proporsi tenaga kerja pertanian di Indonesia sebesar 29,8% pada 2020. Posisi Indonesia berada di bawah Kamboja dengan proporsi tenaga kerja pertanian sebesar 32.1%.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya