Suka Ajak Mabuk hingga Main Perempuan, Pria Ini Langsung Taubat Jadi Mualaf
- YouTube Ngaji Cerdas
VIVA – Tan Tjong Min, merupakan pria mualaf yang saat ini pekerjaan sehari-harinya sebagai tukang urut dan bekam. Ada kisah menarik di balik kisahnya menjadi mualaf.
Amin adalah panggilan akrabnya. Ia mengaku jika dulu sangat benci Islam, tapi dia malah berteman dengan Islam. Seperti apa kisahnya, simak informasi selengkapnya berikut ini.
Ajak orang mabuk hingga main perempuan
Amin merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara. Ia paling dikenal sangat benci dengan Islam. Bahkan, saat adiknya berpacaran dengan orang Muslim, ia menentangnya.
“Saya dikenal orang-orang paling benci sama Islam. Adik saya perempuan pacaran sama orang pribumi aja yang beragama Islam, itu saya tentang,” kata Amin, dikutip dari Ngaji Cerdas, Rabu 3 April 2024.
“Bahkan pacarnya saya ajak ribut,” imbuhnya.
Selain itu, ia suka mengajak teman-temannya yang tadinya rajin sholat jadi tidak pernah sholat. Amin mengajak teman-temannya itu mabuk-mabukan hingga main perempuan.
“Orang yang tadinya rajin sholat, saya ajakin mabuk, ke diskotik, sampai bandel tidak pernah sholat,” ujarnya.
Teman yang ia ajak sebanyak lima orang untuk berbuat bandel dan menjauh dari ajaran agama Islam. Namun suatu ketika ia ingin bertaubat.
Masuk islam
Ia memang sudah terjerumus dalam dunia gelap. Namun kemudian ia ingin bertaubat. Kala itu ia memiliki teman muslim. Kata temannya itu, kalau mau bertaubat disuruh pindah agama Islam.
Singkat cerita Amin diajak menginap di rumah temannya di daerah Cibubur, Jakarta Timur. Saat tidur malam itu ia malah ketindihan, atau Bahasa yang dikenal di-erep-erep.
Ia mengaku didatangi sosok makhluk besar, namun kemudian ada sosok lain berjubah putih menghalau makhluk tersebut. Setelah itu ia terbangun.
Lantas ia bercerita kepada temannya. Paginya ia diajak ke daerah Tangerang untuk dikenalkan dengan seorang Kyai. Lalu ia membaca dua kalimat syahadat.
Perjalanan menjadi mualaf tidak semulus seperti mualaf lain. Ia mengalami diskriminasi hingga tidak mendapatkan mentor yang baik untuk belajar agama. Ia pun harus belajar mandiri di sebuah pondok pesantren di Tasikmalaya.