Angka Perkawinan Anak Diklaim Menurun 

Pernikahan dini/anak.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Praktik perkawinan anak di dunia masih menjadi kendala yang dihadapi berbagai negara tidak terkecuali Indonesia. Menurut data UNICEF, setiap harinya ada 41.000 anak di dunia yang dipaksa menikah. 

Menteri PPPA: Pemkab Wajo Contoh Keberhasilan Tekan Angka Perkawinan Anak

Meski angka tersebut terbilang cukup besar, namun menurut Manajer Advokasi Plan International Indonesia, Nadira Irdiana, baik di dunia maupun di Indonesia tren angka perkawinan anak cukup menurun signifikan. Nadira menyebut untuk tren di dunia sendiri angka perkawinan anak menurun 1-3 persen. 

Sementara untuk Indonesia sendiri menurut Nadira, dengan mengutip data dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2012 ada 1000 anak perempuan setiap harinya yang menikah. 

GKMNU, Upaya Kemenag Turunkan Angka Perkawinan Anak di 2024

"Ini menurun cukup signifikan, pada 2016 hanya ada sekitar 375 anak perempuan yang menikah setiap harinya, dari sebelumnya 1.000 setiap harinya," ungkap Nadira, saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis 28 Juni 2018. 

Ilustrasi pernikahan muda.

GKMNU Jadi Ikhtiar Kemenag Turunkan Angka Kawin Anak, Ini Target 2024

Nadira mengungkapkan, bahaya turunnya angka perkawinan anak ini, karena kini mulai banyak organisasi dan juga aktivis yang bergerak untuk mencegah perkawinan anak di berbagai negara. Di Indonesia sendiri, ada sekira 38 organisasi yang bergerak di isu ini. 

"Itu mungkin berkontribusi banyak dalam penurunan angka perkawinan anak, dan misalkan lewat salah satu proyek kita yang bernama Yes I do. Kita memastikan anak perempuan mendapatkan pendidikan sampai sama, ada pemberdayaan ekonomi, meningkatkan informasi, dan akses terhadap ekomi dan pengetahuan kesehatan reproduksi," kata dia.

Selain itu banyak hal-hal yang sebelumnya dianggap tabu kini mulai lebih terbuka untuk didiskusikan, seperti misalnya membahas menstruasi. 

"Dan yang mendasari perkawianan anak terus terjadi salah satunya juga karena masalah ketidaksetaraan gender. Anak perempuan dianggap masih lebih rendah (statusnya) dibanding anak laki laki," kata dia. 

"Makanya perlu juga untuk mengubah pola pikir di masyarakat."
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya