Kecanduan Game, Gangguan Kejiwaan yang Bahayakan Kesehatan Tulang
- REUTERS/Stringer
VIVA – Main game dianggap sebagai sarana hiburan, namun bukan hanya itu saja, ternyata bermain game juga bisa menyebabkan kecanduan.
Saking menghkawatirkannya, badan kesehatan dunia (WHO) telah menetapkan kecanduan game sebagai sebuah gangguan mental. Pengklasifikasian tersebut berdasarkan frekuensi bermain, durasi bermain dan intensitasnya.
Seorang pecandu game akan lebih mementingkan untuk menyelesaikan permainannya dibanding melakukan kebutuhan pribadi juga kehidupan sosialnya.
Spesialis Kejiwaan dr. Iman Firmansyah Sp.KJ mengatakan bahwa game bukan sesuatu yang berbahaya jika memainkannya dengan cara yang tepat. Yang berbahaya jika seseorang mulai ketergantungan dengan game.
"Kecanduan bukan hanya obat. tapi juga dengan perilaku. Untuk yang ini bisa disebut game addiction. Ini bukan hanya di Indonesia, tapi sudah mewabah di dunia," ujarnya dalam tayangan AYO HIDUP SEHAT di tvOne Jumat 20 Juli 2018.
Lebih lanjut Iman menyebut bahwa game memang dibuat untuk 'menyenangkan' orang. Namun seringkali karena terlalu sering mendapat kesenangan dari game, sehingga ia merasa tidak lagi membutuhkan 'kesenangan; dari hal yang lain termasuk kebutuhannya.
"Harus disadari tanda-tanda seseorang sudah kecanduan game. Jika seseorang sudah tidak bisa melupakan game, dan mengesampingkan yang lain seperti kebutuhan utama dan kehidupan sosialnya, itu artinya sudah kecanduan. Itu yang berbahaya."
Ia mengingatkan bahwa ada batas maksimal otak untuk mendapatkan rangsangan kesenangan dari game. Itu sebabnya kesenangan itu harus dibatasi dengan hal lain.
Kecanduan game bisa mengubah struktur tulang belakang
Tak hanya berdampak pada masalah kejiwaan, seringnya bermain game hingga ber jam-jam menyebabkan gangguan pada kesehatan pada fisik.
Spesialis Orthopedi, dr. Christiana Linda Wahjuni, Sp.OT, M.Kes., mengatakan bahwa orang yang kecanduan game akan sering merasakan kesemutan, pegal di bagian lengan serta pundak. Ketika kondisi diabaikan maka hal itu bisa menyebabkan terjadinya sindrom trigger finger.
"Tandanya bisa macam-macam, yang paling umum keram, atau kesemutan. Semua terasa kaku sampai tidak bisa digerakkan. Itu sudah tanda-tanda sindrom trigger finger. Biasanya jalan satu-satunya operasi untuk membebaskan dari syaraf otot yang kejepit supaya keluhannya berkurang," ujarnya ditemui dalam kesempatan yang sama.
Selain trigger finger, kelainan tulang belakang juga mengintai para pecandu game. Hal tersebut dikarenakan kebiasaan duduk berjam jam yang akhirnya merubah struktur tulang belakang.
"Main terlalu lama, leher, tangan, pinggang bisa pegal. kalau leher membungkuk berjam-jam, itu sama saja membebankan leher dengan 4 kali lipat berat kepala sehingga bisa membuat nyeri. Lebih baik tangan yang pegal dari pada otot leher yang pegal. Karena struktur tulang belakangnya bisa berubah," ujarnya.