Banyak yang Mengeluh Kulit Rusak Akibat Sering Cuci Tangan

Mencuci tangan, cegah penyebaran corona
Sumber :
  • pixabay

VIVA – Seluruh negara tak henti-hentinya menyerukan berbagai hal yang bisa mencegah penularan virus corna, COVID-19. Selain menggunakan masker, sering mencuci tangan adalah salah satu pesan kunci yang sering disampaikan untuk mencegah penularan virus. 

Tetapi terlalu sering mencuci tangan ternyata juga bisa memberikan dampak kesehatan. Sering cuci tangan, bisa menimbulkan kulit rusak hingga memerah.

Dikutip dari Daily Mail, seorang apoteker bahkan melaporkan, ada peningkatan besar pada pelanggan yang mencari perawatan untuk tangan yang teriritasi dikarenakan efek terlalu sering mencuci tangan. Bahkan kondisinya bisa diperparah dengan penggunaan hand sanitizer, yang menimbulkan kulit kering. 

Mengenai hal ini, Konsultan Dermatologis di Queen Victoria Hospital NHS Foundation Trust di West Sussex, Dr Bav Shergill mengungkapkan, sebagian masyarakat yang terlalu sering mencuci tangan terkena Dermatitis. 

Baca Juga: Adaptasi New Normal, Ma'ruf Amin Muncul Sebar Pesan Cegah Corona

Dermatitis merupakan ruam merah dan gatal yang disebabkan oleh kontak langsung dengan suatu zat atau reaksi alergi terhadapnya. Banyak zat dapat menyebabkan reaksi seperti itu, termasuk sabun, kosmetik, wewangian, perhiasan, dan tanaman tertentu.

Dr Shergill menjelaskan jika Dermatitis terjadi ketika lapisan luar kulit (stratum korneum) dihancurkan (misalnya dengan sabun atau sanitiser). Meski hal ini tidak menyebabkan masalah sebelumnya. 
Kini masyarakat lebih sering mencuci tangan dan beberapa tidak membilasnya dengan baik sehingga pelindung kulit tidak punya waktu untuk memperbaiki sendiri secara alami.

Proses cuci tangan yang terlalu sering mengganggu keseimbangan lemak di kulit, akibatnya, stratum korneum dapat berakhir rusak, atau retak. Terparah hal ini bisa menyebabkan iritasi masuk ke lapisan kulit yang lebih dalam. 

2 Keuntungan Bisa Didapat Konsumen dari Konsep Ini

Jika iritasi lebih dalam reseptor imun mengenalinya sebagai hal asing dan berpotensi berbahaya, memicu respons imun dan menyebabkan aliran sel imun ke area tersebut. Sehingga menyebabkan merah, gatal, bersisik, dan sakit.

Dr Shergill menyarankan penggunaan krim steroid pada malam hari untuk mengurangi respon kekebalan tubuh, tetapi krim itu hanya untuk jangka waktu pendek atau kurang dari seminggu. Krim ini berguna untuk menghindari penipisan kulit.

Restrukturisasi Kredit Berakhir, Bank Mandiri: Kondisi Debitur Terdampak COVID-19 Kembali Normal
Ilustrasi vaksin.

Geger Vaksin COVID-19 AstraZeneca, Ketua KIPI Sebut Tidak ada Kejadian TTS di Indonesia

Vaksin merek AstraZeneca diketahui juga digunakan di Indonesia saat pandemi COVID-19 beberapa tahun lalu.

img_title
VIVA.co.id
4 Mei 2024