Vaksin COVID-19 Oxford-Astrazeneca Ditangguhkan di Beberapa Negara

Ilustrasi vaksin.
Sumber :
  • Freepik/wirestock

VIVA – Salah satu vaksin COVID-19 yang mendapatkan izin uji klinis pertama, Oxford-Astrazeneca, diselimuti kontroversi akhir-akhir ini. Bahkan, Badan Obat Norwegia memerintahkan untuk melakukan penangguhan atas vaksin ini.

Kemenkes: COVID-19 Tidak Sepenuhnya Hilang, Masih Ada Potensi Muncul Varian Baru

Sesuai laporan, vaksin Astrazeneca, AZD1222, menyebabkan setidaknya tiga petugas layanan kesehatan di Denmark mengalami pembekuan darah yang berbahaya dan kehilangan trombosit darah, hingga dirawat di rumah sakit.

Selain itu, ada sekitar 22 laporan emboli paru dan trombosis vena dalam (DVT) yang ditemukan di Inggris dan Eropa, yang menjadi negara yang pertama menyetujui vaksin untuk inokulasi luas dan telah mendaftar untuk mendapatkan jutaan suntikan dalam beberapa minggu mendatang.

Arab Saudi Wajibkan Jemaah Umrah Vaksin Meningitis

Dilansir dari Times of India, Senin, 15 Maret 2021, vaksin tersebut juga menjadi berita utama setelah beberapa serikat pekerja, termasuk otoritas Prancis yang menyarankan pejabat kesehatan untuk tidak memberi vaksin kepada lansia dengan alasan masalah keamanan.

Vaksin Oxford-Astrazeneca, yang disetujui di seluruh dunia pada Desember 2020, memiliki tingkat kemajuran hingga 80 persen, yang setara dengan vaksin lain yang telah disetujui. Vaksin ini juga digunakan di banyak negara dan dianggap lebih ekonomis.

Kemenkes: Tetap Terapkan Protokol Kesehatan Waspadai COVID-19 Varian KP.1 dan KP.2

Meski otoritas kesehatan Denmark dan pemimpin global lainnya telah mendesak penangguhan sementara sebagai tindakan pencegahan, namun perlu dicatat bahwa belum ditemukan efek samping yang serius untuk vaksin ini.

Pihak berwenang juga mengatakan, meski masih menimbulkan kekhawatiran, saat ini manfaat vaksin lebih besar dibanding risikonya. Oleh karena itu, setiap orang harus tetap harus divaksin.

Menurut lembar fakta, vaksin COVID-19 Oxford-Astrazeneca disebut dapat menyebabkan efek samping reaktogenik minor, yang sebagian besar bersifat sementara.

Pedoman yang tercantum pada Covishield (vaksin versi India) menyebutkan, beberapa kemungkinan efek samping yang ditimbulkan antara lain, rasa sakit, demam, gatal, memar, kelelahan, menggigil, mual, nyeri otot, bengkak dan terasa tidak enak badan.

Sedangkan efek samping yang parah, yaitu demam tinggi, batuk, sulit bernapas, mengalami masalah saraf dan kemungkinan anafilaksis meski jarang terjadi.

Uji klinis dan inokulasi awal juga mengamati, vaksin  COVID-19 ini menyebabkan masalah neurologis tertentu. Satu-satunya orang yang dilarang mendapatkan suntikan vaksin ini adalah mereka yang memiliki alergi serius terhadap bahan yang terkandung dalam vaksin.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya