Saran Psikolog Atur Proses Berduka Pasca Anak Meninggal Dunia

Ilustrasi wanita menangis.
Sumber :
  • Pexels/Kat Jayne

VIVA – Kematian menjadi salah satu momen yang menyedihkan dalam hidup, apalagi bagi orangtua yang ditinggal buah hatinya. Tak heran, proses berduka bisa berlangsung cukup lama dan begitu berat bagi yang mengalaminya.

Pose Menyentuh Nagita Slavina Gendong Baby Lily di Tempat Tidur, Raffi Ahmad: Buah Hati

Menurut Psikolog Anak, Devi Sani, kematian anak pada usia berapapun dan sebab apa saja, bisa menimbulkan trauma di kehidupan. Terlebih, bila momen anak menghembuskan napas terakhir terjadi secara mendadak, diikuti kepedihan mendalam.

"Kematian yang traumatis memicu kedukaan yang traumatis," ujarnya membuka pernyataan di akun instagram.

Kementerian PPPA: Korban Kekerasan Seksual Tidak Boleh Di-pingpong

Efek dari trauma bisa psikologis dan fisiologis. Menurut pendiri klinik Rainbow Castle yang aktif menjadi pembicara dalam topik-topik parenting baik online maupun offline ini, trauma bisa terlihat pada meningkatnya detak jantung dan napas, pupil membesar serta memori dan kognitif menurun.

Ilustrasi sedih

Photo :
  • U-Report
1.200 Warga Mengungsi, 7 Tewas dan 15 Rumah Hanyut Akibat Banjir dan Longsor Hantam Luwu

"Pikiran intrusive muncul, merasa 'keluar dari tubuh', atau menghindar," terangnya lagi.

Menghindar yang dimaksud, seperti mencoba tak merasakan sesuatu. Bisa juga, lanjut Devi, ini jadi salah satu respons kedukaan yang paling sering terjadi. Sebab, dalam usaha menghindari merasakan, orang yang berduka bisa jatuh pada kondisi selalu mencari distraksi.

"Dalam diam, duduk bersama kedukaan yang pedih ini, jadi terasa seperti ancaman tanpa adanya dukungan yang tepat dan rasa secure secara fisik dan emosional," jelasnya lagi.

Devi yang merupakan psikolog lulusan S1 Universitas Padjadjaran dan S2 Universitas Indonesia dan terlibat dengan banyak pengajaran mengenai tumbuh kembang anak, menyebutkan proses kedukaan juga membuat kita merasa tak bisa lepas dari momen itu. Bahkan, terasa lebih lama daripada orang lain yang tidak berduka.

"Seperti luka terbuka, minta untuk diperhatikan," imbuhnya.

Untuk itu, Devi menyarankan di proses duka, kita mengambil sebuah momen jeda. Di sini, akan ada jarak antara kata dan nafas. Di mana kita diminta mengingat lagi agar mengambil nafas panjang, dalam, dan pelan.

"Kita jadi lebih melakukan kegiatan dengan lebih sadar dan aware," pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya