Mengenal 3 Program untuk Meningkatkan Hasil Tata Laksana Kanker di Indonesia

Ilustrasi kanker.
Sumber :
  • Times of India

VIVA Lifestyle – Saat ini, penyakit kanker masih menjadi satu dari tiga penyakit tidak menular (PTM) dengan prevalensi dan tingkat kematian tertinggi, di samping penyakit jantung dan stroke. Berdasarkan data Globocan 2020, pada tahun 2020, di Indonesia terdapat 396.914 kasus baru kanker, dengan 234.511 kematian akibat kanker.

Vicky Prasetyo Dilarikan ke RS, Sederet Artis Beri Doa

Di sisi lain, ketimpangan jumlah dan penyebaran fasilitas pelayanan kanker dan terbatasnya jumlah tenaga medis ahli khusus kanker masih menjadi tantangan dalam penanganan kanker di Indonesia. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Oleh karena itu, Roche Indonesia, bersama dengan Pusat Kanker Nasional RS Kanker Dharmais hari ini meluncurkan tahapan penting dalam kolaborasi multi-pihak guna meningkatkan hasil penanganan kanker di Indonesia.

Patterns of Hope, Acara Kemanusiaan dari Generasi Muda Jakarta

Kemitraan multi-pihak ini fokus pada upaya peningkatan hasil tata laksana kanker melalui tiga program utama yaitu program telementoring ECHO (Extension for Community Healthcare Outcomes), pengembangan kapasitas perawat onkologi dan implementasi peran Navigator Pasien Kanker (NAPAK).

Peluncuran ini turut didukung oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin.

Cegah Kontaminasi Bromat Berlebih pada Air Minum, Pemerintah Diminta Proaktif

Ketiga bentuk kemitraan tersebut juga merupakan upaya mendukung percepatan pencapaian agenda transformasi kesehatan yang dicanangkan Kementerian Kesehatan, khususnya dalam aspek peningkatan hasil penanganan kanker di Indonesia.

Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing program kemitraan yang diciptakan sebagai upaya peningkatan hasil tata laksana kanker.

1. Project telementoring ECHO (Extension for Community Healthcare Outcomes)

Project ECHO merupakan model telementoring inovatif yang menghubungkan tenaga kesehatan di daerah (disebut dengan “spoke”) dengan spesialis/ahli di pusat rujukan (disebut dengan “hub”) sehingga pasien bisa ditangani di daerah tanpa harus selalu dirujuk.

Berlangsung sejak tahun 2021, Program ECHO menargetkan untuk mendirikan 10 hub layanan kanker yang tersebar di wilayah Indonesia bagian barat hingga timur dengan partisipasi lebih dari 100 rumah sakit (spokes) pada tahun 2024.

“Selain peningkatan tata laksana kanker dan kapasitas tenaga kesehatan di rumah sakit, kami melihat bahwa kerjasama multipihak ini sangat krusial demi percepatan pengembangan jejaring penanganan kanker nasional. Telementoring ECHO misalnya, bisa mengembangkan jejaring tenaga kesehatan khusus kanker di berbagai daerah serta ekosistem pelayanan kanker yang lebih baik,”tutur dr. Soeko W. Nindito, MARS, Direktur Utama RS. Kanker Dharmais, dalam acara Peresmian Tahapan Kemitraan Strategis Untuk Tingkatkan Hasil Penanganan Kanker di Indonesia, di The Westin Hotel Kuningan, Jakarta, Rabu 2 November 2022.

Hingga tahun 2022, program telementoring ECHO telah diterapkan dalam 3 fokus area yakni kanker anak, kanker payudara serta deteksi dini kanker payudara.

Program ECHO telah menjangkau lebih dari 240 tenaga kesehatan yang berada di 23 rumah sakit di berbagai daerah di Indonesia.

2. Penguatan Kapasitas Tenaga Perawat Onkologi

Kemitraan ini juga melihat pentingnya peran perawat spesialis onkologi sebagai mitra kerja dari spesialis onkologi. Perawat onkologi di Indonesia masih mengandalkan on-the-job training dan sering dirotasi sehingga membatasi pengalaman perawat dalam onkologi dan hampir tidak ada perawat spesialis onkologi di Indonesia saat ini.

Kondisi ini berkontribusi pada rendahnya kualitas perawatan pasien, kelelahan perawat dan hasil perawatan kanker yang tidak optimal.

Ilustrasi pasien kanker prostat.

Photo :
  • U-Report

Menjawab kebutuhan tersebut, Roche Indonesia bersama RS. Kanker Dharmais, FIK-UI, serta HIMPONI yang turut didukung oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, membangun kapasitas perawat onkologi melalui program beasiswa perawat spesialis onkologi di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Program Pelatihan Keperawatan Onkologi Dasar dan pengembangan pusat pelatihannya.

Pada akhir 2024, ditargetkan ada lima pusat pelatihan di Indonesia dan setidaknya telah melatih 500 perawat dari berbagai rumah sakit di Indonesia. Program ini telah berjalan sejak Agustus 2022 di RS Kanker Dharmais yang telah melatih 75 perawat.

3. Navigasi Sepanjang Perjalanan Terapi Pasien Kanker (NAPAK)

Inisiatif lain yang juga diusung dalam kemitraan ini adalah program Navigator Pasien Kanker (NAPAK), yang menghadirkan peran profesional NAPAK  di rumah sakit dan mengintegrasikan ke dalam sistem perawatan sepanjang perjalanan pengobatan pasien untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Program ini hadir untuk menjawab berbagai hambatan yang ditemui pasien seperti antrian panjang, komunikasi yang kurang jelas, waktu tunggu yang lama, administrasi yang kompleks, ketidakpercayaan terhadap kemampuan tenaga kesehatan dan kurangnya empati. Meski peran NAPAK telah diakui di berbagai negara, peran ini belum ada di Indonesia.

Program kemitraan NAPAK memberikan beasiswa pelatihan profesional, pendampingan pelaksanaan NAPAK dalam sistem pelayanan rumah sakit, transfer pengetahuan melalui bantuan teknis untuk mengembangkan kurikulum lokal serta pembentukan pusat pelatihan lokal NAPAK dengan akreditasi nasional.

Kini sebanyak 25 tenaga kesehatan profesional (dokter dan perawat) dari 8 rumah sakit di berbagai wilayah Indonesia telah terpilih untuk mengikuti program pelatihan selama satu tahun.

Dengan menggunakan metode pembelajaran blended learning, para peserta akan mendapatkan pelatihan virtual selama dua bulan dan pelatihan langsung di TMC Mumbai selama tiga bulan dan menjalani on-the-job training di rumah sakit masing-masing selama enam bulan dengan pendampingan intens dari TMC.

Di akhir 2024 diharapkan akan ada 25 pelatih dan 50 praktisi NAPAK, 8 unit NAPAK dijalankan di rumah sakit(pemerintah maupun swasta), kurikulum lokal yang terakreditasi, satu pusat pelatihan NAPAK, 1.000 pasien per hari dilayani oleh NAPAK, dan tentunya diharapkan dapat berkontribusi untuk mengurangi jumlah pasien yang berobat ke luar negeri.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya