Doyan Makanan Manis? Ini Tips Dokter Agar Terhindar Diabetes

Ilustrasi makanan manis
Sumber :
  • Pixabay

VIVA Lifestyle – Tingginya kasus diabetes tidak lepas dari kebiasaan mengonsumsi gula yang terus meningkat khususnya pada kalangan muda. Jika kamu penyuka makanan manis dan ingin terhindar dari diabetes, kata Senior Manager Medical Underwriter Sequis dokter Fridolin Seto Pandu, kamu dapat memilih asupan makanan dan minuman rendah gula.

Mengenal Tradisi Hantaran di Indonesia, Simbol Rasa Syukur dan Kasih Sayang

Melalui siaran pers, Senin, Fridolin mengatakan satu gelas es kopi susu kekinian misalnya, ada yang mengandung 25 sendok teh gula per sajian atau setara dengan 400 kalori. Sementara jumlah gula yang boleh dikonsumsi idealnya 10 persen dari kebutuhan energi total. Apabila kebutuhan kalori 1.500 kalori, maka asupan gula maksimal yakni 150 kalori.

Tips agar terhindar diabetest

5 Makanan yang Tidak Boleh Dikonsumsi oleh Penderita Asam Lambung, Apa Saja?

Pasien diabetes

Photo :
  • Eat This

Kemudian Fridolin menyarankan orang-orang memilih asupan rendah gula, termasuk membatasi karbohidrat agar jangan melebihi kebutuhan harian. Menurutnya, orang-orang boleh saja menyantap hidangan manis tetapi sebaiknya kurangi porsi dan durasi konsumsinya hingga nanti terbiasa memesan minuman kekinian tanpa gula.

5 Makanan yang Wajib Dihindari oleh Wanita Hamil, dari Daging Mentah hingga Kafein

Saran lainnya agar terhindar dari risiko penyakit diabetes yakni melakukan olahraga atau latihan fisik secara rutin. Latihan beban sangat baik karena otot akan membakar gula dan meningkatkan kerja insulin.

Selain itu, dengan rutin berolahraga juga dapat menjaga berat badan tetap ideal, meningkatkan kesehatan mental, dan menjaga suasana hati juga mengurangi risiko stres.

Orang-orang juga perlu menerapkan pola hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan dan minuman bergizi dan seimbang, istirahat cukup dan tidur teratur, pengelolaan stres dan berpikir positif, serta secara perlahan menghentikan kebiasaan merokok, soda, dan alkohol.

Hal lainnya yang juga diperlukan yaitu memeriksa kadar gula darah secara berkala untuk memonitor kadar gula darah sebagai upaya deteksi dini penyakit diabetes.

Bagi mereka dengan kondisi tubuh sehat dan tidak berisiko tinggi terhadap diabetes, maka dapat melakukan pemeriksaan gula darah setahun sekali.

Sementara orang yang memiliki riwayat penyakit jantung, stroke, atau memiliki riwayat keluarga penderita diabetes, mengalami obesitas, serta berusia 40 tahun ke atas disarankan untuk memeriksakan kadar gula darah lebih sering sesuai petunjuk dokter.

Dia mencatat prevalensi diabetes akan sulit ditekan jika masyarakat masih terus terbiasa mengonsumsi makanan tinggi gula dan karbohidrat. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2021, terdapat sekitar 19,5 juta orang Indonesia berusia 20-79 tahun yang mengalami diabetes di Indonesia.

Ilustrasi konsumsi makanan manis.

Photo :
  • U-Report

“Kebiasaan minum dan makanan manis dalam jumlah banyak dan rutin dapat membuat tubuh mengalami resistensi insulin,” kata Fridolin dikutip ANTARA.

Resistensi insulin yakni sel-sel tubuh tidak mampu menggunakan gula yang masuk ke dalam tubuh karena terjadi gangguan respon insulin atau dikenal dengan prediabetes. Insulin ini berguna untuk membantu proses metabolisme gula darah.

“Jika tidak segera diobati maka dalam jangka panjang bisa menyebabkan penyakit diabetes dan penyakit komplikasi lainnya, seperti stroke, hipertensi, jantung koroner, dan disfungsi ereksi karena diabetes adalah 'induk' dari segala penyakit degeneratif,” ungkap Fridolin.

Head of Digital Channel Sequis, Antonius Tan menambahkan, mengurangi konsumsi asupan yang manis dan menjalani pola hidup sehat termasuk bentuk proteksi dari dalam agar terhindar dari masalah kesehatan yang bisa menggerus harapan hidup.

Kata dia, tubuh yang sehat akan memampukan orang-orang beraktivitas. Namun, mereka juga sebaiknya mempertimbangkan proteksi dari luar karena pertambahan usia tidak dapat dihindari.

Selain itu, kondisi tubuh berisiko semakin rentan dan lingkungan yang semakin buruk dapat membuat tubuh terpapar polusi dan rentan terinfeksi virus, jamur, atau bakteri.

Lebih lanjut, proteksi dari luar dapat dilakukan dengan berasuransi guna menghindari tergerusnya tabungan dan aset akibat biaya yang besar untuk pengobatan medis.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya