Lonjakan Kasus COVID-19 China Bakal Bikin Varian Baru Muncul?

Ilustrasi COVID-19/virus corona
Sumber :
  • Freepik

VIVA Lifestyle – Di tengah kekhawatiran terhadap situasi COVID-19 di China, para pakar kesehatan memperingatkan kedaruratan varian baru virus corona.

Tekuk Indonesia 3-1, China Kawinkan Gelar Thomas Cup dan Uber Cup 2024

Dengan setiap infeksi baru, virus mendapat peluang untuk bermutasi. Dalam pandangan situasi COVID-19 di China, sangat diperkirakan bahwa varian baru akan muncul.

"China memiliki populasi yang sangat besar dan ada keterbatasan imunitas. Dan itu nampaknya menjadi latar di mana kita bisa melihat ledakan varian baru," ujar Dr. Stuart Campbell Ray, pakar penyakit menular di John Hopkins University kepada AP, dikutip laman Times of India.

Jonatan Christie Jaga Peluang, Indonesia Tertinggal 1-2 dari China di Final Thomas Cup

Ilustrasi COVID-19/virus corona

Photo :
  • Freepik

Varian BF.7 yang merupakan sublineage dari subvarian BA.5 Omicron saat ini menjadi penyebab dari sebagian besar kasus COVID-19 di China.

Final Thomas Cup Membara! China Gandakan Kedudukan Atas Indonesia Usai Fajar/Rian Tumbang

Sementara itu, gejalanya sebagian besar sama seperti yang kita di gelombang infeksi sebelumnya, kekhawatirannya adalah apakah lonjakan ini akan memberikan peluang virus untuk bereplikasi dan bermutasi ke versi yang lebih kuat.

Dalam tiga bulan terakhir, lebih dari 130 omicron sublineage telah terdeteksi di China, demikian diungkap X Wenbo, direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit dari Institut Nasional untuk Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Virus kepada South China Morning Post.

"Varian BA5.2 dan BF.7 tetap dominan di China, sementara BQ.1 dan sublineagenya telah ditemukan di 49 kasus di sembilan provinsi, sedangkan sublineage XBB telah ditemukan di 11 kasus di tiga provinsi," ujar Xu.

Ini meliputi varian BQ.1 dan strain dominan di India saat ini, strain XBB. Strain ini, termasuk varian BF.7, telah bersirkulasi di Amerika Serikat, Inggris, dan Singapura sejak Oktober.

Menurut Ray, gelombang infeksi sering diikuti dengan generasi varian baru.

Warga antre untuk menjalani tes COVID-19 di China.

Photo :
  • ANTARA/cnsphoto via Reuters

"Kami sudah melihat kemunculan varian virus corona, Alpha, Beta, Gamma, dan Delta, dalam suksesi dan beberapa subvarian Omicron sejak satu tahun," kata dia.

"Selama virus bersirkulasi di keramaian, saat dia bereplikasi, virus akan bermutasi," tambah Xu.

Dia melanjutkan bahwa lonjakan infeksi akan membantu penyebaran sub varian baru termasuk BQ.1 dan XBB. Penyebaran varian ini akan meningkat seiring waktu dan mutasi akan berlanjut.

Meski demikian, tidak ada bukti spesifik bahwa varian baru akan lebih ringan dibanding sebelumnya. Salah satu penjelasan untuk sifat ringan Omicron adalah imunitas yang sudah diperoleh manusia sejak pandemi.

Kebanyakan keringanan yang kita alami selama 6-12 bulan terakhir di banyak bagian di seluruh dunia karena akumulasi imunitas baik melalui vaksin atau infeksi, bukan karena virusnya berubah.

Ilustrasi COVID-19/virus corona.

Photo :
  • Pixabay/mattthewafflecat

Pakar berpendapat bahwa virus tidak berubah. Tapi perilaku kita terhadap virus yang sudah berkurang keparahannya.

Gagandeep Kang, virologis dari Christian Medical College in Vellore, mengatakan bahwa sejauh yang mereka tahu, tidak ada varian baru. China memiliki kapasitas untuk sequenxe dan diharapkan bisa membagi datanya dalam waktu nyata.

Varian yang saat ini bersirkulasi di China sudah ada di berbagai belahan dunia selama berbulan-bulan. Perilaku virusnya tidak berbeda dari yang diperkirakan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya