Dokter Anjurkan Bayi Lahir Caesar Diberi ASI, Ampuh Cegah Masalah Kesehatan Ini

Ilustrasi melahirkan bayi.
Sumber :
  • Pixabay.com/cynthia_groth

VIVA Lifestyle – Angka persalinan caesar terus meningkat secara global dengan jumlah lebih dari 1 di antara 5 atau sekitar 21 persen dari semua kelahiran. Jumlah ini diprediksi akan terus meningkat di dekade mendatang yang ternyata memberi manfaat kurang baik pada kesehatan anak jangka panjang.

Kasus Temuan Mayat Bayi Tanah Abang, Polisi Tangkap Orang Tua

Di Indonesia, tingkat persalinan caesar naik 2 kali lipat dalam 5 tahun. Tingkat persalinan caesar dalam skala nasional dari 8,2 persen (Riset Kesehatan Dasar 2013) menjadi 17,6 persen (Riset Kesehatan Dasar 2018). Ada banyak faktor di balik peningkatan angka caesar, termasuk indikasi klinis dan faktor non-klinis. Scroll untuk info selengkapnya.

Faktanya, persalinan caesar memiliki konsekuensi kesehatan jangka pendek maupun panjang bagi ibu dan anak. Salah satu risiko kesehatan yang dialami anak akibat metode caesar adalah anak mengalami ketidakseimbangan mikrobiota dalam ususnya.

Mayat Bayi Ditemukan Terbungkus Kardus di Tanah Abang, Diduga Dibuang Sang Ayah.

"Kondisi ini artinya jumlah bakteri baik lebih sedikit dan bakteri merugikan lebih banyak sehingga mengakibatkan disbiosis usus dan gangguan sistem imun," ujar Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastrohepatologi Dr dr Ariani Dewi Widodo, Sp.A (K), dalam webinar 'Bicara Gizi', beberapa waktu lalu.

5 Rekomendasi Makanan untuk Ibu Menyusui Agar ASI Lancar

Dokter Ariani menjelaskan bahwa mikrobiota saluran cerna berperan dalam perkembangan dan pematangan sistem imunitas di awal kehidupan. Perbedaan jalur lahir memengaruhi komposisi mikrobiota saluran cerna. Terdapat ketidakseimbangan bakteri di usus anak kelahiran sesar dengan komposisi bakteri berbahaya lebih tinggi, sedangkan bakteri baik lebih sedikit daripada anak kelahiran normal atau pervaginam. 

"Padahal komposisi mikrobiota yang seimbang diperlukan untuk pengembangan toleransi kekebalan. Ketidakseimbangan mikrobiota saluran cerna ini disebut disbiosis usus. Kondisi disbiosis perlu mendapatkan penanganan yang tepat karena merupakan titik kritis yang menyebabkan masalah kesehatan lain pada anak, terutama pada imunitas, alergi, serta pertumbuhan dan perkembangan anak," tuturnya.

Dokter Ariani menegaskan bahwa disbiosis usus pada anak yang lahir secara sesar akan meningkatkan risiko masalah kesehatan di masa depan terutama pada imunitas dan tumbuh kembangnya. Maka, pemberian ASI eksklusif adalah cara terbaik untuk menyeimbangkan profil mikrobiota. 

"Tentunya sudah banyak yang tahu bahwa ASI mengandung semua yang dibutuhkan anak, termasuk zat gizi makro (karbohidrat, lemak, protein) maupun zat gizi mikro (vitamin, mineral). Namun, mungkin masih banyak yang belum mengetahui bahwa ASI juga mengandung sinbiotik," terang Dokter lulusan Fakutas Kedokteran Universitas Indonesia itu

Dokter Ariani menambahkan bahwa sinbiotik merupakan sinergi prebiotik dan probiotik yang membentuk sistem imun yang baik dengan mendukung interaksi antara sistem imun dengan bakteri saluran cerna. Selain ASI ekslusif, menerapkan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) sesaat setelah bayi lahir juga patut dilakukan dengan membiarkannya mencari puting susu sendiri.

Ilustrasi menyusui/ASI.

Photo :
  • Freepik/yanalya

"Saat IMD yang penting bukan bayi berhasil menyusu tetapi ada skin to skin contact antara ibu dan bayi yang biasanya akan meningkatkan keberhasilan menyusui," jelas Ariani.

Untuk itu, pemberian ASI akan memberikan probiotik dalam jumlah yang banyak kepada bayi sehingga paling tidak meskipun lahir caesar. Hal ini akan memperbaiki kerugian yang terjadi akibat tanpa pemberian probiotik. Namun, bagaimana jika si kecil tak diberi ASI dalam jumlah cukup?

"Kalau bayi tidak bisa mendapatkan ASI, untuk menggantikan probiotik dan prebiotik, kita bisa berikan suplementasi," tandas Ariani.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya