Transplantasi Ginjal Bikin Kebugaran Meningkat, Dokter Sayangkan Banyak Pasien Abai Kondisi Tubuhnya
- Freepik/wayhomestudio
JAKARTA – Prevalensi Penyakit Ginjal Kronik (PGK) di seluruh dunia setiap tahunnya terus meningkat, di mana banyak pasien sudah dinyatakan bahwa ginjalnya berada pada tingkat eternalisis atau sudah harus cuci darah pada kronik tahap 5 yang artinya mereka tidak punya pilihan lain.
Hanya ada tiga pilihan, yaitu Transplantasi Ginjal, Hemodialisis/HD (Cuci Darah) dan CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis). Di Indonesia dari ketiga terapi ini yang paling banyak dilakukan dan dipilih para pasien Gagal Ginjal Kronis adalah Hemodialisis.
Selain itu, tidak banyak pasien Gagal Ginjal Kronik berkeinginan untuk melakukan pilihan pertama yaitu melakukan transplantasi ginjal. Berbagai alasan membuat para pasien ini bahkan enggan untuk memikirkannya, seperti biaya dan proses mencari donor yang bisa dibilang tidak mudah.
Menurut Dr. dr. Maruhum Bonar H. Marbun, Sp.PD-KGH., FINASIM, transplantasi ginjal memiliki kelebihan yang memberikan keuntungan seperti seperti kesehatan dan kebugaran tubuh meningkat, batasan makan dan minum lebih longgar, dapat beraktivitas seperti sediakal sebelum mengalami penyakit ginjal dan dapat hidup lama dibandingkan jika tetap menjalani dialysis.
"Akan tetapi banyak juga pasien yang setelah melakukan transplantasi menjadi abai dengan kondisinya karena merasa sehat dan bugar sehingga tidak mengatur pola hidup dengan baik, tidak melakukan pemeriksaan secara rutin di mana hal ini sangat disayangkan,” ujarnya dalam acara edukasi kesehatan ginjal yang diselenggarakan PT Etana Biotechnologies Indonesia (Etana), di kawasan Cilandak, Minggu 17 September 2023.
Sementara itu, dr. Mirna Nurasri Praptini, SpPD-KGH., M.Epid., FINASIM mengingatkan kondisi anemia pada PGK yang harus diterapi dengan baik.
"Salah satunya melalui pemberian terapi utama yaitu terapi Ertythropoiesis Stimulating Agent (ESA) dimana pada pasien gagal ginjal terapi ESA dimulai ketika Hb <10 g/dl. Sangat mudah untuk mengindentifikasi gejala anemia pada PGK seperti nafsu makan menurun, jantung berdebar-debar, sesak napas, sakit kepala serta kulit dan membran mukosa pucat,” jelasnya.
PT Etana Biotechnologies Indonesia (Etana) bersama Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) menyelenggarakan edukasi Kesehatan ginjal dengan narasumber Dr. dr. Maruhum Bonar H. Marbun, Sp.PD-KGH., FINASIM dan dr. Mirna Nurasri Praptini, SpPD-KGH., M.Epid., FINASIM. Topik yang diangkat dalam edukasi kali ini adalah apa saja yang harus diperhatikan ketika transplantasi ginjal dan bagaimana pencegahan serta pengobatan anemia pada pasien ginjal kronik, yang dihadiri oleh 150 pasien gagal ginjal yang berasal dari Jakarta dan sekitarnya.
Randy Stevian, Head of Sales & Marketing PT Etana Biotechnologies Indonesia mengatakan “Etana secara konsisten untuk memberikan edukasi kepada Masyarakat khususnya Pasien Ginjal Kronik (PGK), sebagai bentuk upaya dalam meningkatkan kualitas hidup pasien. Bersama KPCDI kami percaya upaya edukasi ini dapat terus dilakukan mengingat komunitas ini bersinggungan langsung dengan PGK yang semakin terus meningkat setiap tahunnya.”