Nyamuk Wolbachia Melawan DBD! Menkes Ungkap 5 Wilayah di Jawa yang Sudah Terbebas

Nyamuk bionik Wolbachia
Sumber :
  • VIVA

JAKARTA –  Implementasi teknologi nyamuk wolbachia  merupakan salah satu cara untuk menghambat perkembangan virus dengue penyebab kasus demam berdarah. Nyamuk wolbachia menghambat perkembangan virus dengue di tubuh nyamuk aedes aegypti. 

Tragedi DBD, Kisah Meninggalnya Seorang Anak di Lampung

Dengan demikian, kemampuan nyamuk dengan wolbachia dalam menularkan virus ke manusia akan berkurang. Ketika nyamuk aedes aegypti dengan wolbachia berkembang biak di populasi nyamuk, maka kasus dengue akan menurun.

Terkait dengan Wolbachia, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, mengungkap bahwa saat ini penanggulangan DBD menggunakan nyamuk Wolbachia mulai bergulir di lima kota besar di Pulau Jawa.

6 Tanda Kamu Terkena DBD, Kenali Gejalanya Sejak Dini agar Tidak Makin Fatal

“Sudah mulai dilakukan di Bandung, di Bontang, Kupang, Jakarta, satu lagi di Semarang,” kata Menkes Budi Gunadi Sadikin di Istana Kepresidenan, Kamis malam 28 Maret 2024. 

Menkes juga menyoroti tentang penelitian dari Universitas Gajah Mada (UGM) pada tahun 2021 lalu. Dalam penelitian yang dilakukan  oleh Profesor Adi Utarini, terkait dengan teknologi nyamuk ber-wolbachia. Terbukti bisa menurunkan masalah demam berdarah dengue hingga 77,1 persen angka rawat inap hingga 82,6 persen.

Penyakit Menular Arbovirosis Jadi Ancaman Baru, Menkes Budi: Lakukan 5 Hal Ini untuk Menanganinya

“Kita lakukan itu karena contohnya di Yogyakarta turun jauh. Dengue secara total naik di dunia karena pengaruh iklim,” ungkapnya. 

Menkes juga mengungkap, Yogyakarta yang menjadi lokasi perdana penerapan program nyamuk Wolbachia saat ini menjadi satu-satunya kota yang turun sejak Wolbachia diluncurkan. 

“Tapi di Kota Yogyakarta itu satu-satunya kota yang turun sejak Wolbachia diluncurkan,” ungkapnya.

Sementara itu, terkait dengan penolakan terhadap inovasi ini. Menkes menyebut masyarakat tersebut merupakan kelompok yang sama dengan mereka yang menolak vaksin COVID-19 saat pandemi.

“Nah ini juga teman-teman bantu didik masyarakat karena banyak sekali hoaks yang beredar ini buruk, ini apa. Tapi kalau dilihat itu adalah kelompok yang sama yang bilang vaksin jangan dilakukan untuk COVID-19,” sambungnya.

Diberitakan sebelumnya, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi kepada VIVA, Kamis petang 28 Maret 2024 mengungkap bahwa tercatat ada 390 kasus kematian dan 35.467 angka kesakitan akibat demam berdarah. 

Berdasarkan sebaran data angka kasus demam berdarah, DKI Jakarta menjadi kota paling banyak kasus demam berdarah. Tercatat ada total 1.833 kasus demam berdarah. Dari 1.833 kasus itu, Jakarta Barat tercatat 704 kasus, Jakarta Selatan 572 kasus, dan Jakarta Timur 557 kasus.

Sementara itu kota Bandung tercatat ada 1741 kasus, kota Kendari tercatat ada 1195 kasus, Bandung Barat  tercatat ada 1143 kasus, kota Bogor tercatat ada 939 kasus, Subang tercatat ada 909 kasus.

Bogor tercatat ada 904 kasus, Garut tercatat ada 660 kasus, Sumedang tercatat ada 652 kasus, Tangerang tercatat ada 640 kasus, Probolinggo tercatat ada 599 kasus, Kota Depok tercatat ada 530 kasus dan Konawe Selatan tercatat ada 481 kasus.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya