Mungkinkah Ebola Masuk ke Indonesia?

Korban tewas akibat virus Ebola di Kenema, Sierra Leone, 25 Juni 2014
Sumber :
  • Reuters/ Umaru Fofana

VIVAlife - Di Afrika, penyebaran ebola begitu masif. Virus itu telah membunuh lebih dari 670 orang. Petugas medis pun terinfeksi, bahkan hingga meninggal. Amerika, Hong Kong, dan Eropa mulai panik.

Bagaimana dengan Indonesia?

Menurut Dr. Arie F Syam, internis dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, ebola tidak sampai ke Indonesia. Kepada VIVAlife, Kamis, 31 Juli 2014 Arie menyebut kemungkinan ebola masuk ke Indonesia sangat kecil. Lagipula, itu kasus lama.

“Ebola itu masih jauh di Afrika sana. MERS saja yang lebih dekat nggak masuk ke Indonesia,” katanya. Di Afrika pun, ebola bukan penyakit yang melanda kota-kota besar. Itu hanya ada di daerah terpencil.

Arie melanjutkan, menurutnya belum ada kasus ebola di Indonesia. Namun, siapapun yang hendak ke Afrika tetap perlu melindungi diri, mencari informasi, dan menuruti rekomendasi pemerintah setempat.

“Pemerintah juga harus mengantisipasi orang-orang yang pulang dari sana,” lanjutnya.

Tinggal Berdekatan

Antisipasi Letusan Lebih Besar, 5.000 Korban Erupsi Gunung Ruang Dilarang Tinggalkan Pengungsian

Menurut seorang internis, Dr. Marc Siegel, yang membuat ebola “populer” di Afrika adalah kebiasaan masyarakatnya. Mayoritas mereka tinggal berdekatan dan kurang waspada terhadap penularan virus.

Diberitakan sebelumnya, penularan ebola bisa terjadi lewat kontak darah atau cairan dari orang yang terinfeksi. Berdasarkan opini Siegel di Fox News, itu bisa saja terjadi dalam hidup yang berkelompok.

Ritual pemakaman yang memungkinkan kontak dengan darah, cairan, maupun organ dalam orang yang terinfeksi, juga bisa jadi penyebab penyebaran. Lantas, bagaimana melindungi diri dari itu semua?

Cegah Kontaminasi Bromat Berlebih pada Air Minum, Pemerintah Diminta Proaktif

Isolasi

Dr. Jay Keystone dari unit penyakit tropis Rumah Sakit Umum Toronto menyebut, cara terbaik mencegah ebola adalah isolasi. Namun, yang pertama harus dituntaskan adalah kecepatan penemuan kasus.

“Masalahnya, orang yang terinfeksi, bisa begitu saja kembali ke desa tanpa ada yang tahu soal itu,” kata Keystone saat diwawancarai CBC Canada. Karena itu, penting untuk mengetahui kasus secara dini.

“Jika kasus sudah diketahui, segera diawasi, didiagnosis, dan penderitanya diisolasi,” imbuh Keystone.

Sedang mereka yang kontak langsung dengan pasien, seperti petugas medis, harus menggunakan busana khusus. Itu sebabnya para relawan di Afrika bekerja dengan busana serba tertutup dan disemprot desinfektan, agar tidak terinfeksi virus.

“Mencuci tangan secara teratur juga mencegahnya,” lanjut Keystone. Katanya, ebola hanya menular lewat kontak langsung. Ia tidak aerosol, sehingga tidak menular melalui udara seperti batuk dan bersin. (ren)

Tukang Parkir Liar di Bekasi Serobot Lahan Warga, Ditegur Malah Ngamuk
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan [dok. Humas Kemenko Marves]

Pembebasan Lahan di IKN Sesuai Target, Luhut Pede Upacara 17 Agustus Bisa Digelar di Istana Baru

Luhut menilai hal ini merupakan sesuatu yang realistis, mengingat progres pembangunan IKN yang dilihatnya sudah 80 persen selesai dikerjakan.

img_title
VIVA.co.id
7 Mei 2024