Studi: Mengonsumsi Makanan Tinggi Gula Sebabkan Depresi

Ilustrasi gula
Sumber :
  • iStock
VIVA.co.id
Jadwal Terlalu Padat Mampu Picu Anak Depresi
- Salah satu penyakit  yang menjadi momok menakutkan di zaman modern ini adalah yang tidak terduga yaitu depresi, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Apa yang kita konsumsi ternyata dapat memberikan kontribusi terhadap depresi. Hal tersebut diungkapkan oleh sebuah studi baru yang diterbitkan dalam American Journal of Clinical Nutrition.

Hilangkan Depresi dengan Lari
James E. Gangwisch, PhD, asisten profesor di Columbia University di departemen psikiatri melakukan studi untuk mengetahui apakah makanan dengan indeks glikemik tinggi berhubungan dengan risiko depresi yang lebih besar.

Pemeran Enchantress di 'Suicide Squad' Pernah Depresi
Sebagai informasi, indeks glikemik adalah peringkat makanan yang mengandung karbohidrat dan ditentukan dengan berapa banyak kemampuan makanan tersebut meningkatkan gula darah, seperti dilansir laman Time.

"Ketika saya masih kecil, saya hampir menjadi pecandu permen. Saya melihat sendiri jika saya makan banyak gula, itu membuat saya merasa stres pada hari berikutnya," kata Gangwisch.

Ia kemudian berhenti mengonsumsi makanan tinggi gula sejak tahun lalu. Namun, ia masih penasaran apakah mengonsumsi junk food atau makanan cepat saji dapat membuat orang depresi.

Dalam studi tersebut, dia dan tim peneliti lainnya melihat data dari kuesioner makanan dengan skala yang mengukur gejala gangguan depresi dari wanita menopause di Women's Health Initiative Observational Study. Data berasal dari kurang lebih sebanyak 70.000 wanita.

Para peneliti lantas menemukan bahwa diet tinggi gula dan biji-bijian olahan yang indeks glikemiknya tinggi dikaitkan dengan risiko depresi yang lebih besar.

Tetapi beberapa aspek diet memiliki efek perlindungan terhadap pengembangan depresi, termasuk serat, biji-bijian, buah-buahan utuh, sayuran, laktosa, gula yang berasal dari produk susu dan susu dengan indeks glikemik rendah.

Meskipun dibutuhkan studi lebih lanjut, peneliti mencatat bahwa mengonsumsi gula dan karbohidrat tinggi merupakan faktor risiko untuk peradangan dan penyakit kardiovaskular, yang keduanya telah dikaitkan dengan pengembangan depresi. Tak hanya itu, hal tersebut juga dapat menyebabkan resistensi insulin, yang telah dikaitkan dengan defisit kognitif mirip dengan yang ditemukan pada penderita depresi berat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya