Sumber :
- jomblo
VIVA.co.id
- Ada beberapa wanita yang merasa ketakutan, karena datang bulannya tidak lancar. Mereka kemudian cemas, jangan-jangan ada yang salah dengan tubuh mereka. Sebenarnya, dilihat dari sisi kedokteran apakah hal ini lumrah?
Menjawab tentang hal ini, dokter Deffy Leksani dari
menjelaskan umumnya periode menstruasi wanita adalah 3-5 hari, sementara siklusnya berlangsung selama 28 hari.
“Namun masa menstruasi yang dialami tiap wanita memiliki karakteristik masing-masing, sehingga sulit menentukan mana yang normal dan mana yang tidak. Beberapa wanita memang biasa mengalami periode menstruasi yang sangat singkat, sementara yang lain lebih panjang,” ujarnya.
Ia lalu menjelaskan tentang amenorea, ini adalah kondisi saat seorang wanita berhenti mengalami menstruasi, atau sudah berumur 15 tapi belum pernah mengalami haid.
Hal ini disebabkan penurunan produksi estrogen sehingga frekuensi menstruasi menjadi makin jarang. Umumnya amenorea terjadi secara natural pada sekitar usia 50-an tahun. Namun yang perlu diwaspadai adalah jika amenorea terjadi sebelum usia 40. Pada usia ini, kemungkinan yang dapat menjadi penyebab berhentinya menstruasi adalah:
1. Anda sedang hamil.
Baca Juga :
Ajak Netizen Pakai Medsos untuk Hal Positif, Aurelie Moeremans: Aku Banyak Banget Dapet Kerjaan
Baca Juga :
Ganas, Indonesia Hajar Inggris 5-0 di Thomas Cup
Kemungkinan penyebab lain adalah sedang dalam masa menyusui, obesitas, mengonsumsi kontrasepsi oral, gangguan pada hipotalamus (bagian otak yang mengatur regulasi hormon reproduksi), gangguan kelenjar tiroid, stres, gangguan pada rahim, sindrom ovarium polisistik, ovarium yang berhenti berfungsi lebih dini dan gangguan keseimbangan hormon lain.
Segera periksakan diri ke dokter jika menstruasi Anda berhenti, tidak teratur, atau sering terlambat dalam waktu yang cukup panjang sehingga diharapkan dokter akan mengetahui penyebab dari seringnya keterlambatan dari haid Anda.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Kemungkinan penyebab lain adalah sedang dalam masa menyusui, obesitas, mengonsumsi kontrasepsi oral, gangguan pada hipotalamus (bagian otak yang mengatur regulasi hormon reproduksi), gangguan kelenjar tiroid, stres, gangguan pada rahim, sindrom ovarium polisistik, ovarium yang berhenti berfungsi lebih dini dan gangguan keseimbangan hormon lain.