Mengapa Anak Senang Berfantasi Perang dan Main Senapan?

Ilustrasi anak.
Sumber :
  • pixabay/Tobbo

VIVA.co.id – Dalam fantasi bermainnya, anak laki-laki sering mengubah tongkat kayu menjadi sebuah senapan. Balon menjadi bom, atau pensil menjadi sebuah pedang. Mereka bertingkah seolah-olah sedang berperang, membunuh prajurit, mati, hidup lagi, dan beberapa menit kemudian mengulangi adegan yang sama. Itulah fantasi anak laki-laki. Biasanya fantasi seperti itu sering terjadi pada anak laki-laki berusia 5-11 tahun.

Dilansir PBS Parents, meskipun masih masuk dalam kategori bermain, namun orangtua seringkali merasa khawatir akan sikap putranya. Apakah sikap sang anak termasuk kategori normal, atau justru hal itu dapat menjadi indikasi anak akan tumbuh menjadi pria yang senang dengan kekerasan kelak?

Michael Thompson, Ph.D. pembawa acara tayangan dokumenter Raising Cain, mengungkapkan soal keluhan orangtua tentang sikap dan fantasi anak laki-laki.

"Banyak ibu yang bertanya pada saya, 'Kenapa anak saya senang berkeliling ruangan, seakan terobsesi dengan perang dan senapan. Padahal saat masih balita, ia cenderung anak yang sopan, penurut, dan senang bermain dengan saya. Apakah itu normal'," ujar Michael yang juga penulis buku berjudul Raising Chain.

Michael menambahkan, pertanyaan yang umumnya diajukan para ibu tersebut bersifat valid. hal tersebut terjadi karena setiap orangtua pasti tidak ingin anaknya kelak tumbuh menjadi sosok yang gemar akan kekerasan. Namun, bukan berarti jika fantasi anak laki-laki akan kekerasan tersebut dapat mengindikasikan anak pada sifat kekerasan saat ia dewasa.

"Setiap orangtua yang memiliki anak laki-laki pasti menyadari bahwa anak laki-laki memiliki sifat dan sikap yang lebih aktif daripada anak perempuan," ujarnya menerangkan.

Selain itu Michael juga mengungkapkan sebuah penelitian terbaru dari Harvard University yang menyebutkan bahwa anak laki-laki pada usia sekolah memang lebih aktif daripada anak perempuan. Meskipun anak perempuan yang paling aktif sekalipun tidak akan mengekspresikan energi yang berlebihan seperti anak laki-laki. Energi aktif tersebut membuat anak laki-laki selalu berfantasi yang membuat dirinya bergerak dan membayangkan sedang dalam situasi tertentu misalnya berperang atau berpetualang.

Studi tersebut diakui oleh beberapa guru sekolah dasar. Jane katch salah satu guru sekaligus penulis buku Under Deadman's Skin: Discovering the Meaning of Children's Violent Play menceritakan pengalamannya 25 tahun mengajar.

Beli Produk UMKM Jangan Ditawar, Gubernur BI: Biar Ibu-ibu Bisa Sekolahkan Anaknya

"Selama 25 tahun mengajar, anak laki-laki memiliki sikap dan energi yang sama. Memiliki banyak energi untuk di ekspresikan, anak laki-laki terus bergerak dalam kelas dan senang menjahili teman-temannya," ujarnya.

Para ahli juga menyarankan untuk tidak membandingkan anak laki-laki satu dan yang lainnya, ada banyak tipe dan prilaku anak-laki-laki.

Ajak Si Kecil Main Berkualitas di Akhir Pekan, Coba 4 Trik Ini Moms

"Tidak semua anak senang berkompetisi dalam olahraga, bermain perang-perangan, atau bermain tembakan. Ada pula anak laki-laki yang menyalurkan energi dan fantasinya lewat membaca, atau melakukan hal lain yang mereka suka. Dan itu semua normal," ujar Thompson.

(mus) 

Asri Welas: Jadi Orangtua Masih Terus Belajar, Tidak Ada Pensiunnya
Arie Untung dan Fenita Arie.

Heboh Uang Jajan Anak Artis, Arie Untung dan Fenita Arie Terapkan Kesederhanaan

Menurut Fenita Arie, pendidikan tentang keuangan sangat penting untuk ditanamkan sejak dini. Hal ini agar anak dapat terbiasa hidup mandiri dan tidak bergantung orang tua

img_title
VIVA.co.id
22 Maret 2024