Gigi Gemeletuk Pada Anak, Berbahayakah?

Infeksi Saluran Pernapasan Atas atau ISPA kerap kali diderita anak-anak.
Sumber :
  • Pixabay/unsplash

VIVA.co.id – Pada saat tidur, seringkali terjadi gigi gemeletuk atau melakukan gerakan seperti sedang mengunyah sehingga mengeluarkan bunyi. Kondisi ini ternyata tidak dialami oleh orang dewasa saja. Diketahui sekitar 15-33 persen anak melakukan gemeletuk saat tidur.

Mona Ratuliu Ungkap Pentingnya Bergaul Lahir Batin dengan Anak

Gemeletuk gigi disebut kerot. Atau dalam bahasa kedokteran gigi disebut bruxism. Jika berlangsung dalam waktu lama, kerot akan berakibat buruk tidak hanya pada gigi salah satunya gigi terkikis. DR. drg. Eva Fauziah, SpKGA, membenarkan hal tersebut.

"Kalau giginya terkikis, gigi itu bisa terbuka lapisan email dan dentinnya. Kalau sudah terbuka itu bisa membuat gigi ngilu," ujarnya kepada media di sebuah acara di Jakarta, Selasa, 6 September 2016.

Anak Usia 8-11 Tahun Paling Kritis Terhadap Masalah Gigi Permanen, Ini Penyebabnya Menurut Dokter

Eva menjelaskan, kerot pada anak biasanya disebabkan faktor etiologi (tidak diketahui penyebabnya) tidak pasti. Kebanyakan anak yang mengalami kerot dikarenakan kelelahan atau stres dengan pekerjaan rumah yang terlalu banyak di sekolah.

Untuk menghentikan kebiasaan ini orangtua harus dapat mengedukasi anak. Jaga jangan sampai anak kelelahan ketika tidur di malam hari dan hindari anak dari stres.

Cara Seru Mengedukasi Si Kecil soal Kesehatan Gigi

Cara lain adalah dengan memasang night guard. Alat ini akan membungkus gigi, sehingga saat melakukan gemeletuk, bukan giginya yang aus, tapi alatnya.

Selain kerot, hal lain yang juga harus diperhatikan orangtua adalah karies gigi. Karies ini jika dibiarkan juga akan membuat gigi anak sensitif atau ngilu saat terkena makanan atau minuman. Jika karies sudah berlubang, maka pengobatannya adalah dengan menambalnya.

Praktisi dan Peneliti Neuroscience Dokter Aisah Dahlan

Mendidik Generasi Tangguh: Tips Dokter Aisah Dahlan Cegah Anak Terjerumus Liberalisme

Aisah Dahlan menjelaskan bahwa dalam membimbing dan mendidik anak, orangtua harus melibatkan orang lain, termasuk selektif memilih tempat untuk sekolah.

img_title
VIVA.co.id
1 Maret 2024