Tertutup demi Hindari Konflik, Salahkah?

Ilustrasi wajah.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Sebuah survei yang dilakukan oleh Sariwangi terhadap 531 responden seluruh Indonesia, didapati bahwa 8 dari 10 di antaranya senang berbagi dan bicara dengan orang lain. Namun, tingkat keterbukaan yang tinggi saat berbicara hanya didapati pada 2 dari 5 orang.  

PSI Buka Pendaftaran Bagi yang Ingin Maju Pilkada, Siapa Saja Bisa Ikut

Lantas, apa alasannya? Ratih Ibrahim, psikolog anak dan keluarga menjelaskan bahwa alasan seseorang tidak terbuka sepenuhnya saat bercerita atau curhat pada orang lain adalah untuk menghindari konflik. 

"Kita justru jarang dapat mengungkapkan pengalaman negatif dan pendapat yang apa adanya. Mereka mau menghindari konflik," kata Ratih dalam kampanye #BeraniBicara Sariwangi di kawasan SCBD, Selasa, 9 Mei 2017.

Akun TikTok Disita, Polisi Pastikan Galih Loss Belum Dapat Untung dari Kontennya

Hal ini, kata Ratih, justru bukan sesuatu yang baik. Setiap interaksi pasti berpotensi konflik, namun hal itu adalah sesuatu yang wajar. Dengan konflik, seseorang bisa menjadi lebih dewasa dalam menghadapi masalah. 

"Pada saat interaksi, potensi konflik ada, dan yang kita hindari itu proses berkonflik. Ketika konflik itu sehat, kita akan jadi dewasa. Cara menghadapi konflik menunjukkan kematangan kita sebagai pribadi," kata dia.  

Manajemen dan Serikat Pekerja Freeport Teken PKB, Menaker: Bisa Jadi Contoh bagi Perusahaan Lain
Jungkook BTS

Tak Disangka, 5 Artis Tampan K-Pop Ini Ternyata Seorang Introvert

Mulai dari D.O EXO hingga Taemin SHINEE.

img_title
VIVA.co.id
28 Juni 2018