Inovasi Baru, Kue Keranjang Rasa Durian

Sumber :
  • VIVA.co.id/Dwi Royanto

VIVA.co.id - Sebagai kota yang kental dengan akulturasi budaya China dan Jawa, Kota Semarang menjadi pusat perhatian jelang Tahun Baru Imlek. Salah satu pernak-pernik kuliner yang kini mulai dibuat adalah kue keranjang, yang menjadi ciri khas Imlek.

Ini Makanan Paling Diminati Saat Imlek
Perayaan Tahun Monyet Api yang berlangsung pada Senin pekan depan, sudah menjadi berkah tersendiri bagi para pembuat kue keranjang. Salah satunya bagi Ong Eng Hwat, wanita pembuat kue keranjang di Kampung Kentangan, Pecinan, Semarang.
 
Makna di Balik Yee Shang, Sajian Istimewa Imlek
Betapa tidak, sepekan jelang Imlek, Ong sapaan akrabnya, ibarat mendapatkan durian runtuh. Ia ketiban rezeki pesanan ratusan kilogram kue keranjang dari seluruh pelosok Nusantara, seperti, Kota Semarang, Solo, Bandung, Surabaya, Medan hingga Jakarta.
 
Menyecap Lezat Ragam Kuliner Imlek
"Dalam sehari saya dapat melayani pesanan antara 50-70 kilogram kue keranjang. Banyak sekali kalau untuk perajin rumahan (home industry) seperti saya, " kata Ong saat ditemui VIVA co.id di rumahnya, Selasa, 2 Februari 2016.
 
Jangan salah, Kue Keranjang hasil tangan Ong yang juga generasi ketiga leluhurnya itu, sangat unik dan lezat. Bahkan wanita paruh baya ini mampu melahirkan berbagai inovasi kue keranjang dengan varian rasa baru, seperti kue keranjang rasa cokelat, vanili, prambors, kacang, durian, obar-abir dan perpaduan empat rasa.
 
"Obar-abir itu yang paling dicari pembeli. Katanya sih rasanya bisa bikin lidah tak berhenti untuk memakannya," kata dia.
 
Sebagai warga asli Tionghoa yang sudah menetap puluhan tahun di Semarang, Ong rupanya masih meneruskan resep warisan leluhurnya untuk membuat kue keranjang ini. Ia tak sendirian, melaionkan dibantu tiga sampai empat pegawai.
 
Setiap harinya kue-kue yang dibuat membutuhkan setidaknya satu ton bahan baku tepung.
 
Cara membuatnya pun cukup unik. Awalnya kue dibuat dari tepung ketan yang dicampur gula dan air, lalu diaduk sampai rata. Adonan kemudian dimasukan ke dalam cawan-cawan cetakan berukuran sedang. Setelah itu, dimasak hingga 10 jam dengan perhatian khusus.
 
"Butuh waktu 24 jam untuk membuat kue keranjang. Tentunya dengan resep rahasia leluhur yang turun temurun sampai saat ini," ujar dia.
 
Ong sendiri menjual kue keranjang buatannya seharga Rp42 ribu hingga Rp55 ribu per kilogram. Tiap kilogram kue keranjang berisi antara dua sampai empat buah.
 
Bagi warga Tionghoa, kue keranjang biasanya paling sedap jika digoreng terlebih dahulu, lalu disantap memakai parutan kelapa atau bisa juga dikukus memakai daun pisang.
 
Selain Ong, masih ada belasan pembuat kue keranjang yang kebanjiran pesanan, seminggu menjelang Imlek di wilayah Pecinan Kota Semarang. Setiap pembuat kue biasanya memiliki ciri khas unik dalam menyajikan kue keranjang yang disantap tiap malam pergantian tahun baru Imlek.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya