Es Krim Buah Asli Ini Buatan Penyandang Difabel

Joko Susilo dan Ice Cream Osiris karya difabel di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Kamis, 22 Septmber 2016.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Daru Waskita

VIVA.co.id - Sempatkanlah mampir ke Kedai Ice Cream Osiris jika berlibur ke Yogyakarta dan ingin mengunjungi Pantai Parangtritis. Kedai itu terletak di Jalan Parangtritis Kilometer 20, Desa Sidomulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Polisi Periksa 21 Saksi Terkait Kasus TPPU yang Jerat Ahli Nuklir UGM

Kedai Ice Cream Osiris memang secara umum tak berbeda dengan kedai yang menyajikan menu khusus es krim. Namun ada yang berbeda dari kedai itu karena tak hanya menggunakan buah asli tanpa pengawet namun semua pekerjanya ialah difabel atau penyandang disabilitas.

Kedai dirintis sejak tahun 2015 yang diprakarsai lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang datang ke Desa Sidomulyo untuk pendampingan program social entrepreneurship. Mereka, antara lain, Aldo Egi Ibrahim, Sheila Reswari, Ali Bachtiar Sirry, Muhammad Andira Barmana, dan Nur'aini Yuwanita Wakan.

Ahli Nuklir UGM Jadi DPO Kasus Penggelapan Rp 9,2 Miliar, Begini Kronologinya

Menurut Joko Susilo, penjaga Kedai Ice Cream Osiris, pendampingan para mahasiswa itu menumbuhkan kepercayaan diri kaum difabel untuk berkarya dan tidak kalah dengan orang yang lahir sempurna.

"Dahulu kita minder untuk membuka usaha karena berpikir kalah dengan orang yang lahir sempurna," kata Joko, yang juga Ketua Komunitas Difabel Bangkit Maju Desa Sidomulyo, di Bantul pada Kamis, 22 September 2016.

Pimpinan Jemaah Aolia Ternyata Sempat Kuliah di Fakultas Kedokteran UGM

Pada tahun 2015 itu, mahasiswa UGM yang mendampingi mereka memetakan potensi Desa Sidomulyo. Berdasarkan pemetaan itu didapatkan potensi membuat produk dari buah naga yang perkebunannya tak jauh dari Desa Sidomulyo. Konsumennya semua lapisan masyarakat dan pembuatannya cukup mudah.

Komunitas dan keluarga difabel menjalani pelatihan membuat es krim selama enam bulan. Alat yang digunakan untuk pengocok pun dibuat para difabel. Produk yang dipasarkan dinamai Ice Cream Osiris.

Awalnya hanya dijual di dalam rumah. Tidak ada meja dan kursi seperti sekarang. Pada Juli 2016, Ice Cream Osiris yang diproduksi di rumah Joko berubah wajah. Jika sebelumnya hanya melayani di dalam rumah, diubah menjadi kedai lengkap dengan kursi dan meja yang memungkinkan pengunjung menikmati es krim di lokasi.

Setiap meja terdapat leaflet kertas segitiga yang menceritakan sejarah berdirinya Ice Cream Osiris. Tulisan itu menggunakan dua bahasa, Indonesia dan Inggris. “Leaflet itu tujuannya agar pengunjung tahu apa itu Osiris, siapa yang mendirikan, dan siapa saja pekerjanya, termasuk sejarahnya," kata Joko.

Tiap menu Ice Cream Osiris dijual seharga Rp4.000 sampai Rp10.000. Menu andalannya adalah es krim buah naga. Peminatnya pun banyak, bisa terjual hingga 150 porsi per hari. Es krim buah naga tambah laris jika malam Minggu atau saat hari libur, bisa mencapai 300 cup per hari.

Selain di kedai, Ice Cream Osiris dijual juga di Koperasi Mahasiswa UGM dan dijual keliling. Orang yang berjualan keliling dengan sepeda motor beroda tiga itu pun penyandang disabilitas. "Kakinya polio sejak kecil, tapi semangatnya luar biasa keliling sekitar Bantul," kata Joko.

Kini ada tujuh orang yang bekerja di Ice Cream Osiris di bagian produksi. Seorang difabel dan sisanya keluarga difabel.

"Kebanyakan difabel di sini bukan usia produktif, jadi yang bekerja anggota keluarganya. Tapi ada satu penyandang difabel di produksi, satu yang keliling," katanya.

Ice Cream Osiris, kata Joko, merupakan bisnis sosial. Ada tiga konsep yang diterapkan, yakni pemberdayaan difabel dan keluarganya, lalu jaminan pendidikan bagi difabel dan keluarga tidak mampu serta jaminan kesehatan.

"Misalnya, ada penyandang difabel yang butuh baju sekolah, atau alat sekolah, atau kurang bayar sekolah, akan kita bantu," ujar Joko.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya